Brand Bikin NFT, Buat Apa Sih?

Redaksi
Mar 14, 2023
Brand Bikin NFT, Buat Apa Sih?
Jakarta -

2 Tahun belakangan banyak brand besar di dunia masuk ke industri Web3 dan Blockchain melalui NFT. Sebut saja Starbucks, Nike, Time, Gucci, dan banyak lainnya. Memang buat apa sih?

Berbagai macam model engagement melalui NFT juga banyak diinisiasi brand, mulai dari yang sederhana, misalnya setiap pembelian produk dapat NFT gratis lalu jika mengumpulkan beberapa jenis NFT gratis yang berbeda dapat reward, seperti yang dilakukan oleh brand kosmetik Makeover, sampai jika membeli NFT bisa mendapatkan utility berupa claim produk atau whitelist membeli NFT seri berikutnya seperti yang dilakukan Nike.

Menurut Rhein Mahatma, Co founder Kolektibel.com, ada beberapa keuntungan yang didapat perusahaan atau brand jika mereka merilis NFT. Apa saja?

Masuk ke ownership economy

Ownership economy adalah jenis ekonomi baru yang memungkinkan lewat teknologi blockchain yang membuat item virtual, digital art bisa memiliki nilai karena karakter pencatatannya yang unik.

"Ownership economy membawa disrupsi unik, yaitu membuat customer/user juga bisa sekaligus sebagai investor dan pemilik, kadang juga disebut participatory capitalism," kata Rhein, dalam keterangan yang diterima detikINET, Selasa (14/3/2023).

Mengubah customer menjadi stakeholder jenis baru

Sebuah brand memiliki banyak stakeholder, misalnya karyawan, customer, pemegang saham, supplier, komunitas dll.

Dengan customer memiliki NFT dari brand, maka customer ini memiliki posisi yang lebih tinggi daripada hanya membeli produk dari brand saja, juga tingkat keterlibatan yang lebih tinggi daripada sekedar menjadi komunitas brand saja, apalagi jika membeli NFT dengan harga yang lumayan di mana mengharapkan adanya keuntungan setelah membeli, termasuk kemungkinan kenaikan harga.

"Customer jenis ini kadang disebut brand advocate - walau istilah ini belum sepenuhnya tepat karena ilmu marketing belum memiliki istilah yang spesifik untuk customer jenis ini," jelasnya.

Menjual atau menyajikan intangible asset kepada konsumen

Dari tour ke kebun kopi, kelas barista, kelas meditasi, kelas make up, event eksklusif, akses backstage, meet & greet bersama atlet Liga Basket Indonesia (IBL), epic road trip bersama Lamborghini, dan lainnya, sebuah brand sebenarnya memiliki banyak intangible asset yang selama ini tidak dijual ke customer, namun hal ini bisa di-package ke dalam utility NFT yang diberikan kepada NFT holder.

Halaman selanjutnya: Meningkatkan penjualan >>>

Meningkatkan penjualan

Banyak pengakuan dari konsumen Starbucks di AS yang mengikuti challenge Starbucks Odyssey yang bilang bahwa mereka jadi membeli lebih banyak daripada biasanya untuk mendapatkan rewards berupa NFT, NFT reward dari salah 1 challenge tersebut juga sudah naik dari kisaran USD 80 di akhir 2022 menjadi kisaran USD 1.600 per awal maret 2023.

Engagement

Konsumen kini bukan hanya membeli produk, tetapi juga mengikuti berbagai challenge (Starbucks), melakukan voting atau co creation untuk menentukan desain produk seperti yang dilakukan Lacoste dan Porsche, mengikuti event eksklusif dari brand seperti meditasi dengan Deepak Chopra (majalah Time), kelas yoga dengan personal training (brand fashion Aloyoga).

Likuiditas

Ini yang membedakan antara NFT dengan membership card biasa. Likuiditas artinya adalah pemilik NFT bisa memperjualbelikan NFT-nya di secondary market, hal ini tidak dimiliki oleh membership card tradisional.

"Trend ownership economy melalui NFT ini merupakan trend yang hanya bisa membesar ke depannya di mana lewat NFT, brand dan customer bisa melakukan hal yang sebelumnya tidak bisa dilakukan, di mana inovasi baru di industri ini terus terjadi," jelas Rhein.

Dalam melakukan inisiatif NFT, brand harus memperhatikan beberapa hal, misalnya support dari high level decision maker, karena menerbitkan NFT bisa berarti dibutuhkan koordinasi dan approval dari divisi lain terkait biaya utility, memikirkan dengan baik biaya dan harga tangible dan intangible asset yang dijadikan utility.

Berikutnya adalah kolaborasi, karena brand umumnya tidak bekerja sendirian dalam menerbitkan NFT, tapi bisa melibatkan artist dan agency,

Hal berikutnya yang perlu diperhatikan adalah regulasi, di mana Indonesia memiliki regulasi blockchain berupa PSE (Penyelenggara Sistem Elektronik) dan KBLI 62014 yang merupakan izin usaha blockchain di Indonesia. 2 perusahaan NFT marketplace yang memiliki lisensi lengkap, termasuk menggunakan public blockchain Vexanium yang telah berlisensi adalah Kolektibel.com (menggunakan rupiah) dan Rivernity (menggunakan crypto).

(asj/fay)
back to top