Bayi Bermata Satu Pernah Lahir di Indonesia, Hanya Bertahan 7 Hari

Kabar bayi bermata satu lahir di Yaman menghebohkan media sosial. Tapi tahukah kamu kalau bayi bermata satu pernah lahir di Indonesia, tepatnya di Kabupaten Mandailing Natal, Sumatera Utara.
Dia lahir pada 13 September 2018 lewat proses persalinan di RSUD Panyabungan Kabupaten Mandailing Natal. Tak hanya memiliki satu mata, bayi berjenis kelamin perempuan itu lahir tanpa hidung.
Bayi malang tersebut hanya bertahan hidup selama 7 jam. Pasalnya kondisinya sejak lahir memang sudah memburuk.
Kepala Dinas Kesehatan Mandailing Natal Syarifuddin kala itu mengatakan kejadian tersebut tergolong langka. Bahkan katanya merupakan kasus ke-7 yang pernah terjadi di seluruh dunia.
Penyebab kejadian itu masih belum diketahui secara pasti, hanya saja menurut dokter bisa saja karena virus rubella, atau karena obat-obatan, dan bisa juga akibat merkuri.
"Jika dikaitkan dengan pekerjaan ayah sang bayi sebagai penambang, bisa jadi. Kita masih kesulitan mendapat informasi karena keluarganya masih tertutup," kata Syarifuddin dikutip dari detiknews.
Baik bayi bermata satu yang lahir diYaman maupun Mandailing Natal mengidap cyclopia, yaitu cacat lahir yang cukup langka yang terjadi ketika bagian depan otak tidak membelah menjadi belahan kanan dan kiri.
Dikutip dari Health Line, bayi dengan cyclopia biasanya tidak memiliki hidung, namun memiliki semacam belalai (pertumbuhan seperti hidung yang tidak sempurna), dan terkadang tumbuh di atas mata saat bayi dalam kandungan.
Cyclopia sering menyebabkan keguguran atau meninggal saat dilahirkan. Meskipun hidup setelah lahir, bayi pengidap cyclopia biasanya hanya bertahan dalam hitungan jam saja.
Bayi dengan cyclopia mengalami malformasi (perkembangan abnormal) otak saat di awal kehamilan. Ini terjadi pada sekitar satu dari 100 ribu bayi.
Kondisi ini juga bisa terjadi pada hewan. Sayangnya, belum ada cara untuk mencegah kondisi ini, dan belum ada obat atau pengobatan untuk menyembuhkannya.