• Home
  • Berita
  • Bantuan Senjata AS Ngadat, Kondisi Ukraina Kian Gawat

Bantuan Senjata AS Ngadat, Kondisi Ukraina Kian Gawat

Redaksi
Feb 24, 2024
Bantuan Senjata AS Ngadat, Kondisi Ukraina Kian Gawat
Jakarta -

Ukraina menghadapi kekurangan artileri dan amunisi yang semakin parah ketika perang melawan Rusia memasuki tahun ketiga. Pasokan persenjataan dari Amerika Serikat masih belum datang terkait perdebatan di parlemen yang masih menghalangi bantuan baru ke Ukraina.

Akibatnya, serangan balasan Ukraina ke area yang diduduki Rusia dan jumlah serangan artileri Rusia kini melebihi Ukraina dengan perbandingan enam banding satu. "Kekurangan peluru artileri dan rudal jarak jauh mempengaruhi kemampuan tentara kami dan membuat penyesuaian terhadap rencana kami," kata Wamen Pertahanan Ukraina Ivan Havryliuk.

"Saat ini, kami terpaksa beralih ke operasi defensif," tambahnya. Memang sudah dua bulan sejak AS mengirimkan paket bantuan militer terakhirnya ke Ukraina. Saat ini, Washington belum sepakat mengenai RUU pendanaan tambahan yang akan memberi tambahan bantuan USD 60 miliar ke Kyiv.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Dua tahun setelah perang ini, rakyat Ukraina terus berjuang dengan keberanian luar biasa. Tapi mereka kehabisan amunisi. Ukraina perlu lebih banyak pasokan dari AS untuk menahan serangan tanpa henti Rusia, yang dimungkinkan oleh senjata dan amunisi dari Iran dan Korut," kata Presiden Joe Biden yang dikutip detiKINET dari New York Post.

Jumlah kematian tentara dan warga sipil Ukraina makin mengkhawatirkan. Pekan lalu, Angkatan Bersenjata Ukraina meninggalkan kota Avdiivka di Donestsk, lantaran kurangnya amunisi untuk melawan pasukan Rusia yang masih dipersenjatai dengan roket dan artileri.

Havryliuk mengatakan pertempuran di Avdiivka menyebabkan kerusakan dan korban terbesar dalam dua tahun perang tersebut. "Pengalaman perang Rusia-Ukraina menunjukkan bahwa artileri modern memainkan salah satu peran penting di medan perang," kata Havryliuk.

Pasukan Rusia tampaknya kian berani dengan berkurangnya pasokan artileri Ukraina. Tentara Putin tetap berada di tempat yang sama setelah melancarkan serangan terhadap pasukan Ukraina tanpa khawatir harus menghindari serangan balik.

Sejak 1 Januari saja, Ukraina telah kehilangan lebih dari 60 mil persegi tanahnya karena pendudukan Rusia. "Mereka kemungkinan akan terus mengalami kerugian karena Ukraina berjuang dengan kekurangan sumber daya," kata George Barros, analis di Institute for the Study of War.

Untuk memaksimalkan sisa pasokan yang relatif kecil, Kyiv telah beralih ke drone untuk menghindari pemborosan pasokan peluru artileri yang tersisa. Pasukan Ukraina kini hanya diharuskan menembakkan artileri setelah pasukannya memastikan posisi target melalui optik drone.

Di tengah mandeknya bantuan AS, sekutu dan mitra Ukraina lain berupaya mengisi kekosongan tersebut. Misalnya, Denmark mengumumkan akan menyumbangkan seluruh pasokan artileri. Uni Eropa juga telah berjanji mengirim sekitar 2.300 peluru artileri ke Ukraina per bulan mulai bulan April hingga akhir tahun ini.

Seperti industri pertahanan AS, produsen di Eropa telah berjuang untuk memproduksi artileri, serta amunisi dan senjata lainnya dalam jumlah yang diperlukan. Namun meski mitra Eropa menepati janjinya, kontribusi tersebut dinilai masih belum cukup membantu Ukraina memukul mundur pasukan Rusia.

"Membantu Ukraina mempertahankan garis pertahanan mereka melalui dukungan militer Barat yang berkelanjutan jauh lebih menguntungkan dan lebih murah bagi AS daripada membiarkan Ukraina kalah," cetus John Hardie, deputy director di Foundation for Defense of Democracies.



Simak Video "Momen Mencekam Serangan Drone Rusia Hujani Kota-kota di Ukraina"
[Gambas:Video 20detik]
(fyk/fyk)
back to top