• Home
  • Berita
  • Awal Ramadhan 2023 Seragam Tapi Idul Fitri Akan Berbeda, Ini Kata Pakar

Awal Ramadhan 2023 Seragam Tapi Idul Fitri Akan Berbeda, Ini Kata Pakar

Redaksi
Mar 24, 2023
Awal Ramadhan 2023 Seragam Tapi Idul Fitri Akan Berbeda, Ini Kata Pakar
Jakarta -

Awal puasa Ramadhan 2023 (1444 H) dimulai serentak pada Kamis (23/3). Berbeda dengan awal Ramadhan yang seragam, Idul Fitri berpotensi memiliki perbedaan.

"Puasa Ramadhan 1444 baru dimulai. Tetapi banyak yang sudah bertanya tentang Idul Fitri 1444. Terutama kepastian akan terjadi perbedaan," kata Profesor Riset Astronomi-Astrofisika, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Thomas Djamaluddin seperti dikutip dari akun Instagram @t_djamal.

Salah satu anggota tim Hisab Rukyat Kementerian Agama RI ini memahami bahwa Idul Fitri bukan sekadar akhir ibadah Ramadhan, melainkan juga memiliki makna sosial dan budaya.

"Kegiatan mudik dan silaturahim keluarga besar perlu dijadwalkan agar sinkron. Itulah perlunya kepastian waktu Idul Fitri yang sering ditanyakan publik," ujarnya.

Melalui tulisannya di blog, Djamal menjelaskan secara rinci mengapa Idul Fitri 1444 akan berbeda dari segi keilmuan astronomi dan astrofisika.

[Gambas:Instagram]



"Akhir Ramadhan atau Idul Fitri akan terjadi perbedaan, walau kepastiannya nanti diumumkan setelah sidang itsbat pada 29 Ramadhan atau 20 April 2023. Perbedaan Idul Fitri bukan karena perbedaan metode hisab dan rukyat, tetapi karena perbedaan kriteria," sebutnya.

Ia menjelaskan, pada siang 20 April 2023 terjadi gerhana Matahari di Indonesia. Gerhana Matahari dapat dianggap sebagai ijtimak (konjungsi) yang teramati.

Gerhana Matahari sebagai kondisi ijtimak memang menunjukkan akhir siklus Bulan mengitari Bumi. Tetapi itu tidak bisa dijadikan dasar penentuan bulan baru hijriyah. Secara hukum (fikih), dasar penetapan bulan baru hijriyah harus berdasarkan pengamatan atau posisi Bulan saat waktu maghrib.

"Nah, posisi Bulan saat maghrib 20 April yang masih rendah di ufuk barat menjadi sebab perbedaan karena kriterianya berbeda," sebutnya.

Untuk diketahui, ada dua kriteria yang digunakan untuk menentukan posisi Bulan saat memasuki bulan baru hijriyah, yaitu:

  • Kriteria wujudul hilal (Bulan lebih lambat terbenam daripada Matahari)
  • Kriteria MABIMS (Menteri Agama Brunei, Indonesia, Malaysia, dan Singapura) yang mensyaratkan tinggi minimal 3 derajat dan elongasi 6,4 derajat.

Menurut kriteria wujudul hilal yang digunakan Muhammadiyah, pada saat maghrib Bulan telah di atas ufuk. Pada Gambar 1 ditunjukkan bahwa Indonesia berada di atas arsir merah, artinya posisi Bulan sudah di atas ufuk. Atas dasar kriteria tersebut, Muhammadiyah mengumumkan Idul Fitri pada keesokan harinya, yaitu 21 April 2023.

Gambar 1. Pada saat maghrib 20 April 2023 Indonesia berada di atas kurva-arsir merah, artinya bulan sudah di atas ufuk. Foto: dok. Thomas Djamaluddin

Sedangkan pada gambar 2, wilayah diarsir biru merupakan wilayah yang pada saat maghrib posisi Bulan telah memenuhi kriteria baru MABIMS (tinggi minimal 3 derajat dan elongasi 6,4 derajat). Artinya, menurut kriteria imkan rukyat (visibilitas hilal) MABIMS, tidak mungkin terlihat hilal.

Gambar 2. Pada saat maghrib 20 April 2023 Indonesia berada di luar wilayah arsir biru. Artinya belum memenuhi kriteria baru MABIMS. Foto: dok. Thomas Djamaluddin

"Oleh karenanya, awal Syawal atau Idul Fitri pada kalender NU, Persis, dan Pemerintah (yang menggunakan kriteria MABIMS) ditetapkan pada hari berikutnya, 22 April 2023," jelas Djamal.

Gambar 3. Konfigurasi Bulan dan Matahari. Foto: dok. Thomas Djamaluddin
Gambar 4. Pada simulasi Stellarium, hilal sangat-sangat tipis sehingga tidak tampak. Foto: dok. Thomas Djamaluddin

Meski demikian, Djamal menambahkan, kepastian jatuhnya 1 Syawal 1444 H atau Ramadhan 2023 nanti tetap harus menunggu pengumuman Pemerintah setelah sidang itsbat pada 29 Ramadhan atau 20 April 2023.



Simak Video "Hilal Tak Terlihat di Pantai Wotgalih Lumajang"
[Gambas:Video 20detik]
(rns/fay)
back to top