Australia Lawan Teror Kodok Tebu dengan Pembunuhan Massal

Australia melakukan pembunuhan massal kodok tebu secara besar-besaran setiap tahunnya. Hal ini perlu dilakukan untuk memerangi spesies invasif dengan nama ilmiah Rhinella marina ini.
Ilmuwan di Australia mengusulkan metode yang lebih 'manusiawi' untuk memusnahkan kodok beracun tersebut. Ketimbang memukulnya dengan tongkat kriket dan tongkat golf, atau meracuni mereka dengan bahan kimia keras, para ilmuwan menyarankan untuk memasukkan katak ke dalam kantong dan memasukkannya ke dalam lemari es.
Suhu dingin akan membuat amfibi tersebut mati suri dan mematikan reseptor rasa sakit. Manusia kemudian dapat memindahkan kodok-kodok tersebut ke dalam freezer untuk 'dihabisi'.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saat katak mendingin, metabolismenya melambat dan menjadi sangat tidak aktif. Bahkan otaknya mati. Jadi kodok yang kedinginan tidak merasakan sakit, dan kodok tidak pernah tahu apa yang sedang terjadi. Ia hanya tertidur dan tidak pernah bangun," kata Rick Shine, profesor biologi di Macquarie University di Sydney, Australia, dikutip dari Live Science.
Shine menyebutkan, kodok tebu secara alami mengalami penurunan suhu pada malam hari, sehingga tubuh mereka tidak mengalami syok saat pertama kali dimasukkan ke dalam lemari es.
Dalam sebuah studi tahun 2015, Shine dan rekan-rekannya menemukan bahwa aktivitas otak kodok menurun dengan lancar selama pembekuan dan tidak menghasilkan sinyal rasa sakit yang terdeteksi. Pada saat kristal es mulai terbentuk di jaringan kodok, mereka tidak menyadari apa pun.
Para ilmuwan memperkenalkan kodok tebu dari Hawaii ke Queensland, Australia, pada tahun 1935 untuk memusnahkan kumbang tebu (Dermolepida albohirtum) yang merusak tanaman tebu yang baru ditanam.
Namun upaya ini di kemudian hari menjadi bumerang, karena kodok tebu tidak menunjukkan minat pada kumbang dan berkembang biak secara tidak terkendali.
Parahnya lagi, kodok tersebut mengeluarkan racun yang dapat membunuh hewan yang memakannya. Ia menyebar ke pesisir New South Wales, Northern Territory, dan sebagian barat laut Australia. Ke mana pun mereka pergi, mereka memicu berkurangnya jumlah predator asli dan menyebabkan kerusakan ekosistem.
Pembunuhan kodok secara besar-besaran
Kodok tebu terus mendatangkan malapetaka hingga saat ini, mendorong organisasi nirlaba lingkungan Watergum untuk mengadakan Great Cane Toad Bust, sebuah kampanye tahunan untuk membunuh katak sebanyak mungkin dalam seminggu.
Great Cane Toad Bust merupakan aksi 'pembunuhan massal' kodok tebu ketiga secara nasional dan yang pertama menargetkan berudu serta katak dewasa. Kegiatan ini akan berlangsung pada 13-21 Januari.
"Ini semua tentang mengambil tindakan kolektif untuk mengendalikan kodok tebu secara efektif dan manusiawi, yang merupakan spesies hama invasif di Australia," kata Nikki Tomsett, petugas proyek spesies invasif di Watergum.
"Kampanye tersebut sejauh ini dinilai berhasil. Masyarakat yang terlibat memusnahkan lebih dari 50 ribu kodok tebu dari lingkungan sekitar mereka dalam satu minggu. Tahun ini kami bertujuan untuk memecahkan rekor itu," kata Tomsett.
Kodok tebu bisa hidup lebih dari 10 tahun di alam liar. Kodok betina menghasilkan sebanyak 35.000 telur setiap kali mereka berkembang biak, yang berarti setiap katak penting dimusnahkan.
"Metode pendinginan dan pembekuan saat ini dianggap sebagai praktik terbaik untuk 'euthanasia' yang manusiawi terhadap kodok tebu," kata Tomsett.
"Trauma benda tumpul dan sebagian besar penggunaan bahan kimia dianggap tidak manusiawi, dan menimbulkan ancaman bagi satwa liar dan hewan peliharaan, karena kodok tebu yang dibunuh dengan cara ini biasanya tertinggal di lingkungan dan masih beracun setelah mati," ujarnya.
"Orang yang memukul katak sampai mati juga berisiko terkena kelenjar racun, yang dapat menyebabkan kebutaan sementara pada manusia jika terkena mata," ia menambahkan.
Simak Video "Penampakan Kodok Raksasa di Australia yang Disuntik Mati"
[Gambas:Video 20detik]
(rns/rns)