Arkeolog Ungkap Situs Pemujaan Abad Pertengahan Berlimpah Emas

Tim arkeolog mengungkap sebuah situs pemujaan zaman abad pertengahan yang langka, yang berasal dari abad ke-7, lengkap dengan persembahan emas dan perak.
Situs pemujaan yang digali dengan baik merupakan kunci untuk memahami perubahan perilaku ritual pada periode Kristenisasi di Eropa, proses panjang dan bertahap yang berlangsung kira-kira antara abad ke-1 dan ke-15. Sayangnya, contoh situs semacam itu yang diketahui, jarang ditemukan.
Namun, penemuan baru-baru ini yang ditemukan melalui upaya pendeteksian logam di dekat dusun Hezingen di Belanda, mendorong dilakukannya penggalian arkeologi yang mengungkap sisa-sisa situs pemujaan terbuka abad ke-7. Penemuan ini mencakup sekumpulan benda logam berharga.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Situs tersebut terdiri dari deretan tiang dan batu besar yang terletak di tanah lapang dekat persimpangan jalan kuno, di dataran tinggi yang menonjol di lanskap tersebut. Koin emas dan perhiasan disimpan di sana secara berkala selama sekitar 100 tahun," tulis para penulis dalam penelitian tersebut, yang diterbitkan dalam jurnal Medieval Archaeology, dikutip dari NewsWeek.
Hasil analisis juga mengungkapkan bahwa hewan pun kemungkinan menjadi bahan persembahan di lokasi itu. Distribusi penemuan di situs dan usianya menunjukkan bahwa aktivitas ritual bergeser seiring waktu dari selatan ke utara dan kemudian dari timur ke barat.
Gambaran artistik situs pemujaan Hezingen. Foto: via NewsWeek |
Persembahan tersebut mungkin dikaitkan dengan upacara kesuburan karena tiang-tiangnya sejajar dengan terbit dan terbenamnya Matahari selama periode ekuinoks musim semi dan musim gugur.
Situs ini digunakan pada periode ketika agama Kristen perlahan menyebar ke utara dan timur dari wilayah kekuasaan kaum Frank, bangsa Jerman yang menduduki sebagian besar wilayah Eropa Barat dan Eropa Tengah, dengan beberapa perluasan ke Eropa Selatan, selama era abad pertengahan.
"Penduduk daerah (Hezingen) mungkin menyadari agama baru ini, yang bersifat eksklusif dan tidak menoleransi persaingan. Agama ini mungkin dianggap sebagai ancaman, yang dapat memicu penekanan yang lebih jelas pada tradisi, nilai, dan identitas lama serta cara yang lebih dramatis dalam menyembah dewa, roh, atau leluhur," tulis peneliti studi tersebut.
Penggunaan situs tersebut tampaknya telah berhenti sekitar tahun 700 Masehi, setidaknya setengah abad lebih awal dari Kristenisasi resmi di daerah tersebut.
"Hal ini dapat menunjukkan bahwa kaum elit lokal, yang tampaknya terkait dengan situs tersebut, telah menjadi penganut Kristen pada masa sebelumnya, atau setidaknya telah menjauh dari ekspresi kolektif paganisme," tulis para peneliti.
Video Menbud Buka Peluang Kolaborasi dengan Arkeolog Luar di Riset Gunung Padang
Video Menbud Buka Peluang Kolaborasi dengan Arkeolog Luar di Riset Gunung Padang
(rns/rns)