• Home
  • Berita
  • Alasan Indonesia Belum Bisa Sepenuhnya Beralih ke 5G

Alasan Indonesia Belum Bisa Sepenuhnya Beralih ke 5G

Redaksi
Aug 25, 2023
Alasan Indonesia Belum Bisa Sepenuhnya Beralih ke 5G
Jakarta -

Operator telekomunikasi menghadapi banyak tantangan untuk menggelar jaringan generasi kelima atau 5G, salah satunya operator seluler harus menanggung beban biaya hak penggunaan (BHP frekuensi yang tinggi. Di sisi lain, kita akan ketinggalan jika tidak segera menggelar 5G.

Masyarakat Telematika Indonesia mengingatkan pemerintah, dalam hal ini Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo), memperhatikan hal tersebut agar operator telekomunikasi mampu menggelar jaringan 5G.

"Sustainability dari telco operator itu kalau kita hanya melihat telco-nya itu adalah urusannya how to manage obsolete. Jadi tingkat keusangan dari teknologi dan inovasi itu," kata Ketua Umum Masyarakat Telematika Indonesia Sarwoto Atmosutarno saat berbicara di acara detikcom Leaders Forum 'Arah Industri Telekomunikasi Indonesia', Kamis (24/8).

Industri ICT, dikatakan Sarwoto, selalu mengalami perkembangan roadmap atau peta jalan. Di industri telekomunikasi, kita sudah mengalami Public Switched Telephone Network (PSTN) menghilang, kemudian jaringan 2,5G digantikan dengan 3G, kemudian beralih ke 4G, lalu kini mulai menuju 5G, demikian seterusnya.

"Ini kan selalu ada. Nanti ada 6G, yang lain akan hilang. Yang jadi problem di (industri) telco itu adalah kita belum kembali duitnya di 3G dan 4G. Kita harus ngikutin 5G, sementara harus invest lagi. Nah, ini sebenarnya kuncinya di situ agar telco bisa sustain. Jadi kalau dia bisa me-manage keusangan ini, kemudian mengatur investasinya terhadap layanan maka dia akan survive," terang Sarwoto.

Meski sudah ada operator seluler yang menggelar 5G, layanan jaringan generasi kelima itu masih menjadi barang langka dan terbilang 'mewah' bagi kebanyakan orang, sebab ketersediaannya masih sangat terbatas.

Operator seluler juga tampaknya masih 'belum mau' atau 'belum bisa' menggelar layanan 5G secara optimal di Indonesia. Menurut Sarwoto, salah satu alasan mengapa operator telekomunikasi belum begitu antusias atau berminat terhadap 5G adalah karena teknologi ini belum menjanjikan balik modal.

"Dari sisi input maupun cost expense maupun investment-nya itu belum ada jaminan untuk segera kembali. Dan dibandingkan dengan 4G sekarang, 4G sekarang berjalan bagus. Kemudian hampir semua aplikasi berjalan di atas 4G, duitnya ada, bahkan duitnya tumbuh, ARPU tumbuh kurang lebih 7%," terangnya.

Dengan kata lain, Sarwoto berpendapat, belum ada contoh kasus yang benar-benar membuktikan bahwa 5G sukses dan bisa menjadi aliran pendapatan bagi operator telekomunikasi.

"Belum ada memang di Indonesia. Makanya kita sedang mencoba terus agar use case 5G ini bisa di-show up oleh baik operator maupun yang punya use case, untuk membuktikan bahwa kita memang harus segera masuk 5G ini, karena apapun, kita mesti melihat business case-nya itu visible," simpulnya.



Simak Video "Detikcom Leaders Forum: Arah Industri Telekomunikasi Indonesia"
[Gambas:Video 20detik]
(rns/rns)
back to top