YouTube, TikTok, dkk Digugat karena Merusak Kesehatan Mental Remaja

Seattle Public School menggugat sejumlah jejaring media sosial dan aplikasi streaming dan menyebut mereka merusak otak generasi muda untuk mencari keuntungan.
Dalam gugatan tersebut juga disebutkan kalau deretan aplikasi yang digugat itu menggunakan metode psikologi untuk merusak kesehatan mental para pelajar. Aplikasi yang dimaksud itu adalah TikTok, YouTube, Facebook, Snap, dan Instagram, termasuk perusahaan induknya, yaitu Alphabet, Meta, dan ByteDance.
Gugatan badan sekolah negeri di Amerika Serikat tersebut didaftarkan di United States District Court, Western District of Washington di Seattle, Amerika Serikat, demikian dikutip detikINET dari Phone Arena, Senin (9/1/2023).
Platform yang digugat itu dituding memanfaatkan psikologi dan neuropsikologi penggunanya agar menghabiskan waktu lebih banyak di platform tersebut. Teknik tersebut dianggap efektif namun berbahaya untuk remaja, dan para tergugat itu dianggap sengaja menciptakan krisis kesehatan mental di generasi muda Amerika Serikat.
Krisis kesehatan mental itu tercipta sebagai dampak dari aksi para tergugat dalam mengeruk keuntungan finansial sebesar-sebesarnya. "Model bisnis mereka berbasis pada iklan. Semakin banyak waktu yang dihabiskan di platform, semakin banyak iklan yang bisa dijual oleh tergugat," seperti yang tertera dalam gugatan tersebut.
Selain itu, generasi muda dianggap sebagai target utama para tergugat dalam mengeruk keuntungan. Pasalnya remaja kemungkinan besar punya ponsel, menggunakan media sosial, dan punya waktu untuk dihabiskan di platform media sosial.
"Generasi muda pada khususnya rentan terhadap aksi manipulatif tergugat karena otak mereka belum berkembang secara penuh, dan mereka biasanya belum dewasa secara emosi, impulsif," tambah Seattle Public School District.
Salah satu hal yang disinggung dalam gugatan itu adalah beredarnya konten berbahaya seperti ajakan diet yang membatasi asupan kalori sebesar 300 kalori per hari. Padahal, menurut Seattle Public School District, rata-rata pria membutuhkan 2000-3000 kalori per hari dan rata-rata wanita membutuhkan 1600-2000 kalori per hari.