Twitter Bantah Data 200 Juta Pengguna yang Bocor Dicuri dari Sistemnya

Belum lama ini hacker ketahuan menjual 200 juta data pengguna Twitter di sebuah forum online seharga USD 2 (Rp 30 ribuan). Twitter akhirnya buka suara dan menegaskan bahwa data tersebut tidak dicuri dari sistemnya.
Dalam keterangan resminya, Twitter mengatakan pihaknya sudah melakukan investigasi dan tidak menemukan bukti bahwa data tersebut diperoleh dengan cara mengeksploitasi celah keamanan di sistemnya.
"Berdasarkan informasi dan intel yang dianalisis untuk menyelidiki masalah ini, tidak ada bukti bahwa data yang dijual secara online diperoleh dengan mengeksploitasi celah keamanan di sistem Twitter," kata Twitter dalam keterangan resminya, seperti dikutip dari Bleeping Computer, Jumat (13/1/2023).
"Data itu kemungkinan merupakan koleksi data yang sudah tersedia secara publik online lewat beberapa sumber berbeda," sambungnya.
Pada Agustus 2022, Twitter mengonfirmasi kebocoran data milik 5,4 juta pengguna akibat hacker yang mengeksploitasi celah keamanan. Kerentanan itu memungkinkan hacker untuk menghubungkan alamat email dan nomor telepon dengan akun Twitter, dan telah ditambal pada Januari 2022.
Kini, Twitter mengatakan bahwa kebocoran dataset berisi alamat email milik 200 juta pengguna Twitter yang dijual di forum online tidak diperoleh dengan mengeksploitasi celah keamanan yang sudah ditambal tersebut.
"Dataset 200 juta tidak dapat dikorelasikan dengan insiden yang dilaporkan sebelumnya atau data apapun yang berasal dari eksploitasi sistem Twitter," jelasnya.
Perusahaan milik Elon Musk itu menambahkan mereka sedang berkomunikasi dengan Data Protection Authorities dan badan regulator data lainnya di beberapa negara untuk menyediakan detail tambahan terkait dugaan insiden ini.
Twitter sendiri pernah beberapa kali diselidiki oleh regulator karena kasus kebocoran data. Pada Desember 2022, regulator Irlandia mengumumkan akan melakukan penyelidikan setelah muncul laporan tentang kebocoran data pribadi 5,4 juta pengguna Twitter.
Dua tahun sebelumnya, regulator Irlandia menjatuhkan denda sebesar 450.000 Euro kepada Twitter karena gagal melaporkan kebocoran data dalam jangka waktu 72 jam, seperti yang diwajibkan oleh Uni Eropa.