• Home
  • Berita
  • Teknologi MQ-9 Reaper, Drone Canggih AS yang Jatuh di Laut Hitam

Teknologi MQ-9 Reaper, Drone Canggih AS yang Jatuh di Laut Hitam

Redaksi
Mar 17, 2023
Teknologi MQ-9 Reaper, Drone Canggih AS yang Jatuh di Laut Hitam
Jakarta -

Amerika Serikat (AS) merilis sebuah video yang menunjukkan momen jet tempur Rusia mengganggu drone MQ-9 Reaper yang mengudara di wilayah internasional di atas Laut Hitam, sebelum akhirnya jatuh. Seperti apa kemampuan drone canggih dan mahal itu?

Jatuhnya MQ-9 Reaper dalam insiden di Laut Hitam itu menjadi insiden langsung pertama antara AS dan Rusia sejak invasi ke Ukraina dilancarkan dan makin memperburuk hubungan kedua negara. Dalam video yang dirilis Pentagon, terlihat sejumlah jet tempur Su-27 milik Rusia terbang sangat dekat dengan drone AS dan membuang bahan bakar ke atasnya.

Rekaman video berakhir dengan gambar baling-baling drone yang rusak, yang menurut Pentagon, disebabkan oleh tabrakan dengan jet tempur AS. Kondisi itu disebut membuat drone tidak bisa beroperasi dan akhirnya jatuh ke perairan dalam di Laut Hitam.

Seperti dikutip detikINET dari Guardian, MQ-9 Reaper adalah drone ukuran besar tanpa awak yang diproduksi oleh General Atomics. Drone tempur ini dioperasikan jarak jauh oleh dua orang, satu sebagai pilot dan satu lagi mengoperasikan sensor dan senjatanya.

Panjangnya 11 meter, sementara rentang sayap lebih dari 22 meter. Ia dapat terbang selama lebih dari 27 jam dengan kecepatan sampai 480 kilometer per jam. Harganya terhitung sangat mahal, di mana 1 unit MQ-9 Reaper yang terdiri dari 4 drone biayanya tembus USD 56,5 juta.

Drone MQ-9 Reaper dengan rudal Hellfire. Foto: Getty Images/Isaac Brekken

Angkatan Udara AS menyebut fungsi utama MQ-9 Reaper adalah untuk mengumpulkan informasi intelijen dan di saat yang sama bisa menyerang target sensitif dengan presisi. Ya, drone ini bisa membawa rudal mematikan Hellfire sampai 16 unit, sama dengan kapasitas penampungan helikopter tempur Apache.

MQ-9 Reaper dapat terbang setinggi 15 kilometer dan mondar mandir di sekitar target incaran, sehingga sangat cocok untuk pengintaian. Dua pilotnya berada di Amerika Serikat, aman dari bahaya. Di 2018, tercatat drone ini terbang 325 ribu jam untuk kepentingan AU AS.

Penggunaan drone semacam ini sudah rutin sejak 1995, ketika pendahulu Reaper yaitu Predator, dikerahkan untuk mendukung serangan NATO di Serbia. Predator juga banyak digunakan dalam perang Irak dan Afghanistan, di mana serangannya terkadang juga menimbulkan korban sipil.

Predator pensiun pada tahun 2017, digantikan oleh MQ-9 Reaper ini yang menjadi drone utama bagi AU AS. Penggunaan drone semacam ini sekarang sangat luas, sampai-sampai lebih banyak pilot yang dipekerjakan untuk drone ketimbang pesawat jenis lain.



Simak Video "Iran Dikabarkan Setuju Kirim Rudal dan Drone Tambahan ke Rusia"
[Gambas:Video 20detik]
(fyk/fay)
back to top