Teknologi LiDAR Ungkap Ngerinya Pertempuran Bulge Perang Dunia 2
Jurnal ilmiah Antiquity bertajuk 'Lidar and Conflict Archaeology: The Battle of The Bulge' yang diterbitkan oleh Cambridge University Press pada Selasa (15/8/2023) mengungkap fakta baru tentang Pertempuran Bulge.
Pertempuran Bulge merupakan salah satu pertempuran paling sengit yang terjadi pada Perang Dunia II. Pertempuran ini sendiri terjadi di hutan Ardennes pada musim dingin 1944 sampai 1945.
Dikutip detikINET dari LiveScience, penelitian arkeologi tentang pertempuran ini sendiri sangat minim. Hal ini disebabkan oleh medan perang yang sulit dicapai karena vegetasi yang lebat dan luasnya medan pertempuran yang meliputi sebagian Belgia, Luksemburg dan Jerman.
"Meskipun ini adalah medan perang 'berprofil tinggi', dipelajari secara intensif oleh sejarawan militer dan menjadi perhatian di museum dan media populer, hanya sedikit yang dipublikasikan tentang sisa-sisa materialnya," ujar Birger Stichelbaut, Arkeolog di Ghent. Universitas di Belgia.
Peran LiDAR dan Cara Kerjanya
Pada akhirnya sejarah tentang Pertempuran Bulge mendapati ragam fakta baru terkait kontur wilayah dan sisa-sisa pertempurannya yang mengerikan.
Fakta ini didapati berkat teknologi Light Detection and Ranging (LiDAR). LiDAR adalah teknologi deteksi oleh pesawat nirawak (drone) berbasis laser.
Cara kerja LiDAR bertumpu pada kemampuan laser yang dipancarkan ke area yang akan dideteksi. Hasil deteksi laser tersebut diproyeksikan menjadi gambaran peta yang memiliki data lengkap tentang kontur tanah dan apapun benda yang ada di permukaan tanah tersebut.
Fakta Pertempuran Bulge dari Teknologi LiDar
Dalam penelitian tentang Pertempuran Bulge, LiDAR digunakan dalam menyurvei wilayah St. Vith sampai desa Schönberg. Area tersebut merupakan pusat Pertempuran Bulge.
Dari proyeksi LiDAR tersebut, peneliti mendapati informasi yang belum pernah terungkap sebelumnya seperti parit perang, senjata artileri sampai benteng perorangan yang digunakan tentara untuk melindungi diri dari terjangan peluru.
"Teknologi LiDAR sudah membuka fakta tentang ukuran parit perang yang sebelumnya belum pernah diketahui," ungkap Stichelbaut.
Peta yang dihasilkan dari proyeksi LiDAR juga mengungkap fase-fase dari Pertempuran Bulge, dimulai dari fase pertama ketika tentara sekutu disiagakan di garis depan sampai fase kedua saat Jerman melakukan langkah ofensif dengan mengerahkan 200.000 tentara dan 1.000 tank untuk menyerang sekutu.
Pertempuran Bulge diakhiri dengan fase ketika angkatan udara sekutu melakukan bantuan udara dengan bom. Fakta ini didukung dengan temuan banyaknya kawah bekas bom yang berhasil dideteksi oleh teknologi LiDAR.
*Artikel ini ditulis oleh Argya D. Maheswara, peserta Program Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.
Simak Video "Putin Ingin Perbanyak Produksi Drone Lancet untuk Serang Lawan"
[Gambas:Video 20detik]
(rns/rns)