Sosok CEO Terpintar Sedunia yang Raih Penghargaan Nobel Kimia

Professor Demis Hassabis dikenal sebagai CEO paling pintar sedunia dan tahun lalu ia meraih penghargaan Nobel Prize for Chemistry. Ini sosok Demis Hassabis yang memulai kariernya sebagai desainer video game.
Hassabis lahir dan besar di London, Inggris. Ia sudah jago main catur sejak usia empat tahun dan mencapai standar master pada usia 13 tahun.
Ia menyelesaikan A-level di usia 16 tahun dan diterima di Cambridge University untuk melanjutkan pendidikannya di jurusan ilmu komputer, tapi universitas bergengsi itu meminta Hassabis untuk mengambil cuti satu tahun karena usianya masih terlalu muda.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di usianya yang masih sangat muda, Hassabis merancang video game 'Theme Park' yang dirilis pada tahun 1994 dan memenangkan sejumlah penghargaan. Ia kemudian menyelesaikan program PhD di University College London, lalu bekerja di sejumlah universitas di Amerika Serikat.
Pada tahun 2010, Hassabis mendirikan perusahaan machine learning DeepMind yang dibeli Google pada tahun 2014. Startup ini mampu mengembangkan AI yang jago main game, termasuk komputer AlphaGo yang berhasil mengalahkan pemain Go terbaik di dunia.
Hassabis juga disebut sebagai CEO paling pintar saat ini menurut laporan Preply. Dalam risetnya, Preply menilai bagaimana 100 eksekutif perusahaan AS menggunakan bahasa untuk berbicara sebagai tanda kecerdasan. Hassabis mendapatkan skor tertinggi 87,33.
2024 merupakan tahun kejayaan bagi Hassabis. Pria berusia 48 tahun ini dianugerahi gelar kesatriaan oleh Kerajaan Inggris atas kontribusinya di sektor AI. Ia kini menyandang gelar Sir Demis Hassabis.
Pada November 2024, Hassabis bersama Professor John Jumper dan Professor David Baker meraih Penghargaan Nobel Kimia atas kerja mereka yang menggunakan AI untuk memecahkan kode dari hampir semua protein yang dikenal.
Hassabis dan Jumper menggunakan AI untuk memprediksi struktur hampir semua protein yang diketahui dan menciptakan alat bernama AlphaFold2. Komite Nobel menyebut AlphaFold2 sebagai revolusi dan alat itu kini digunakan untuk 200 juta protein di seluruh dunia.
Hassabis dan Jumper mendapatkan setengah dari hadiah penghargaan Nobel sebesar 11 juta krona Swedia atau sekitar Rp 18,6 miliar. Separuh hadiah lainnya diberikan kepada Baker yang berhasil menciptakan protein baru.
Video Bos Deepmind Google soal DeepSeek: Karya Terbaik China, Tapi...
Video Bos Deepmind Google soal DeepSeek: Karya Terbaik China, Tapi...
(vmp/vmp)