Serba-serbi HAARP yang Ramai Lagi karena Fenomena Aurora
- Serba Serbi HAARP
- Sejarah HAARP
- Apa Alasan dan Tujuan dari pengembangan HAARP ?
- Pemilik dan Peneliti HAARP
- Hubungan HAARP dan Teori Konspirasi
Belakangan ini, fenomena Aurora terlihat jelas di beberapa bagian dunia. Ilmuwan pun menyebut Aurora bisa terlihat di negara khatulistiwa seperti Indonesia.
Namun, hal tersebut tentu terdapat risiko yang menyertainya dan bahkan dapat menyebabkan 'kiamat' pada satelit atau kiamat internet. Hal tersebut dijelaskan oleh Guru Besar Astronomi di Institut Teknologi Bandung (ITB) Dhani Herdiwijaya dalam unggahan Bosscha Observatory.
Selain ramainya fenomena aurora tersebut, HAARP yang merupakan singkatan dari High-frequency Active Auroral Research Program atau Program Penelitian Auroral Aktif Frekuensi Tinggi pun menjadi ramai dibicarakan lagi.
Sebelumnya HAARP pernah ramai diperbincangkan saat munculnya konspirasi yang menyebut HAARP adalah penyebab terjadinya gempa di Turki. Hal itu pun sempat viral juga di media sosial pada 2023. Salah seorang pengguna Twitter mengklaim bahwa munculnya sambaran petir sebelum gempa Bumi selalu terjadi dalam operasi HAARP. Lantas, apa itu HAARP yang ramai diperbincangkan lagi?
Serba Serbi HAARP
Dilansir detikINET dari situs University of Alaska Fairbanks, HAARP merupakan pemancar yang mempunyai frekuensi dan berkekuatan yang tinggi. Teknologi ini digunakan untuk mempelajari ionosfer.
Instrumen utamanya adalah Ionospheric Research Instrument (IRI), yang terdiri dari susunan antena dipol silang 180 HF yang tersebar di area seluas 33 hektar. IRI mampu memancarkan daya sebesar 3,6 megawatt ke atmosfer bagian atas dan ionosfer.
Antena ini dapat menghasilkan gelombang radio dengan frekuensi antara 2,7 hingga 10 MHz. Karena susunan antenanya yang canggih, gelombang yang dipancarkan bisa memiliki berbagai bentuk dan dapat diarahkan ke berbagai sudut.
Fasilitas ini memiliki 30 shelter pemancar, masing-masing dilengkapi dengan enam pasang pemancar berdaya 10 kilowatt. Dengan demikian, fasilitas ini dapat mencapai daya pancar sebesar 3,6 megawatt.
Untuk penelitian ruang angkasa konvensional yang menggunakan pengamatan atau eksperimen berbasis darat pada roket, memerlukan waktu yang sangat lama (berhari-hari, berminggu-minggu, bahkan bertahun-tahun) untuk menciptakan kondisi udara alami yang diinginkan.
Satelit dapat mengumpulkan data dalam skala besar, tetapi koordinasi dengan fenomena yang diinginkan menjadi sulit. Dengan fasilitas seperti HAARP, kita dapat melakukan eksperimen untuk menciptakan struktur plasma, membangkitkan gelombang frekuensi rendah, bahkan membuat cahaya mirip aurora.
Sejarah HAARP
HAARP dimulai sebagai sebuah program pada tahun 1990. Hal itu merupakan inisiatif dari Kongres AS untuk mengembangkan pengetahuan tentang pengaruh atmosfer bagian atas Bumi terhadap perambatan gelombang radio.
Pada tahun 1993, Stasiun Penelitian HAARP mulai dibangun. Sedangkan, pada musim dingin tahun 1994, fasilitas fungsional pertama telah selesai dengan tiga instrumeen diagnostif pasif dan prototipe evaluasi pemancar hF yang terdiri dari 18 elemen antena dengan daya pancar bersih sebesar 360 kW.
HAARP pun telah dikembangkan ke tingkat menengah yang mampu melakukan penelitian ionosfer berkualitas tinggi pada tahun 1999. Hal itu dapat dilakukan dengan penambahan beberapa instrumen tambahan ke rangkaian diagnostik.
Selain itu, pemancar HF juga ditingkatkan dengan 48 elemen antena dan kemampuan daya pancar bersih yaitu 960 kW. Radar ionosfer Ultra HF (UHF) dan kubah teleskopik ditambahkan ke fasilitas tersebut untuk observasi optik antara tahun 2003 dan 2006.
Pada tahun 2007, pembangunan akhir diselesaikan dengan total pemancar HF terdiri dari 180 elemen antena yang mempunyai kemampuan daya pancar bersih sebesar 3.600 kW atau 3,6 MW.
Apa Alasan dan Tujuan dari pengembangan HAARP ?
Dari tahun 1990 hingga 2014, program HAARP merupakan program bersama antara Angkatan Udara Amerika Serikat (USAF) dan Angkatan Laut Amerika Serikat (US NAVY). Fokus utamanya adalah pengembangan sistem komunikasi dan pengawasan untuk kepentingan sipil dan pertahanan.
Penelitian HAARP bertujuan untuk memahami sifat fisik dan kelistrikan ionosfer Bumi, yang penting bagi komunikasi dan navigasi militer dan sipil. Ini melibatkan dua jenis penelitian: aktif, menggunakan Instrumen Penelitian Ionosfer, dan pasif, dengan instrumen pemantauan.
Ionosfer, yang dimulai dari ketinggian 60 hingga 80 km, memengaruhi gelombang radio dan merupakan batas antara atmosfer bawah dan ruang angkasa. Gelombang radio HAARP adalah sinyal yang bisa memanaskan elektron di atmosfer bumi dan menyebabkan sedikit gangguan yang mirip dengan hal-hal yang terjadi secara alami.
Biasanya, fenomena alami akan sulit dilihat karena acak. Namun, dengan menggunakan HAARP, para ilmuwan bisa mengontrol kapan dan di mana gangguan itu terjadi.
Hal tersebut dapat membantu mereka mengukur apa dampaknya. Mereka juga bisa mengulangi percobaan untuk memastikan bahwa hasil pengukuran mereka benar-benar menunjukkan apa yang sebenarnya terjadi.
Pemilik dan Peneliti HAARP
Air Force Research Laboratory (AFRL) dan University of Alaska Fairbanks (UAF) telah bekerja sama dalam penelitian ionosfer di HAARP selama lebih dari 25 tahun. Ketika dana dari Angkatan Udara Amerika Serikat menurun, solusi dicari untuk melestarikan sumber daya penelitian.
Pada Agustus 2015, peralatan penelitian dipindahkan ke UAF melalui perjanjian kemitraan pendidikan dan pembentukan CRADA yaitu Cooperative Research and Development Agreement. Tanggung jawab atas fasilitas HAARP dialihkan ke UAF.
Penelitian melibatkan berbagai pihak dari universitas, pemerintah, dan industri. Beberapa universitas terlibat dalam penelitian HAARP termasuk, University of Alaska, Stanford University, Penn State University, Boston College, Dartmouth University, Cornell University, University of Maryland, University of Massachussetts, MIT, University California Los Angeles, Universitas Clemson, dan Universitas Tulsa.
Pemindahan fasilitas ke UAF memungkinkan eksplorasi ionosfer terus berlanjut. Meskipun stasiun riset tidak memiliki staf untuk kunjungan rutin, UAF mengadakan acara open house tahunan.
Hubungan HAARP dan Teori Konspirasi
HAARP selama ini diduga menjadi dalang atau penyebab dari terjadinya perubahan iklim atau fenomena aurora baru baru ini dan dicurigai sebagai pemicu gempa Haiti oleh Presiden Venezuela pada 2010. Hal tersebut pun memunculkan berbagai teori konspirasi yang mengaitkan fenomena aurora dan perubahan iklim dengan HAARP.
Para pencetus teori konspirasi menuduh HAARP bisa mengendalikan pikiran dan gangguan komunikasi global. Ahli teori konspirasi menyalahkan HAARP atas berbagai bencana alam, sementara fisikawan menyatakan bahwa HAARP dirancang untuk mempelajari ionosfer dan memiliki potensi untuk meningkatkan komunikasi satelit serta digunakan untuk komunikasi rahasia dengan kapal selam nuklir.
Namun, ternyata dilansir dari berbagai sumber, Proyek HAARP tidak dapat memanipulasi cuaca karena gelombang radio yang dipancarkannya tidak berinteraksi secara signifikan dengan atmosfer Bumi, dan tidak mempengaruhi badai ionosfer yang terjadi di lapisan atmosfer tinggi.
Selain itu, HAARP juga tidak memiliki kemampuan untuk memengaruhi pikiran manusia atau menciptakan chemical trails, karena gelombang radio yang dipancarkannya tidak berinteraksi dengan air di atmosfer.
*) Artikel ini ditulis oleh Mohammad Frizki Pratama, peserta Program Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.
Simak Video "Saran Pengamat soal Potensi X Diblokir Kominfo Karena Pornografi"
[Gambas:Video 20detik]
(rns/rns)