Review Sony ZV-1F, Kamera Pocket 8 Juta Buat Nge-vlog
![Review Sony ZV-1F, Kamera Pocket 8 Juta Buat Nge-vlog](https://arenagadget.id/assets/uploads/2022/11/review-sony-zv-1f-kamera-pocket-8-juta-buat-nge-vlog-sony-zv-1f_169.jpeg)
Sony merilis kamera pocket terbarunya yang bernama ZV-1F seharga Rp 8 juta yang ditujukan untuk nge-vlog dan membuat konten video pendek di media sosial.
Kamera ini tersedia dalam dua versi warna, ada yang hitam dan putih. Layarnya bisa diputar ke samping.
Sony ZV-1F ini menggunakan sensor jenis 1 inci, setara dengan kamera premium compact Sony yang lain seperti Sony ZV1. Perbedaan utama, lensa di 1F ini lebih lebar, yaitu lensa Fix 20mm f/2 . Lensa ini bisa dipasang filter, tapi tidak bisa diganti seperti kamera Sony Alpha atau ZV-E10. Lensa lebar ini cukup untuk memotret beberapa orang dalam satu frame dengan latar belakangnya dengan relatif mudah.
Kamera ini memiliki tally light di bagian depan kamera dan bingkai merah di layar monitor yang menandakan video sedang merekam. Fitur seperti ini penting supaya saat vlogging kita bisa mengetahui bahwa kameranya sudah mulai merekam.
Autofokus kamera ini mengenali wajah dan mata dengan otomatis dan akurat. Autofokus cukup cepat, tapi sayangnya masih menggunakan teknologi deteksi kontras yang tidak seperti kamera Sony Alpha terkini, jadi terkadang bisa sedikit hunting (fokus berubah-ubah dari subjek ke latar belakang).
Bagi yang suka review produk, ada tombol untuk mengaktifkan product showcase AF. Jika diaktifkan, kamera akan fokus ke subjek yang kita dekatkan ke kamera.
Waktu perekaman tidak dibatasi di 30 menit dan tidak overheating. Saya pernah mencoba merekam video 4K sampai satu jam lebih dan kamera tetap merekam sampai memory 64MP saya penuh. Badan kamera terasa agak panas saat dipegang tapi tidak overheat.
Sebagai kamera yang ramah pemula, Sony memberikan Creative Look dimana fotografer dapat memilih berbagai Look yang seperti "filter/preset" dan mengatur parameter-parameter seperti kontras, ketajaman dan lain-lain dalam sembilan langkah.
Untuk audionya mic di kamera ini lebih bagus daripada mic kamera pada umumnya, tapi kalau ingin suara yang lebih jernih bisa saja kita pasang dengan mic external karena ada portnya. Aksesoris mic dan lain-lain seperti windshield ini bisa kita pasang di cold shoe yang terletak di bagian kiri atas kamera. Sayangnya ini bukan hotshoe atau multi interface shoe, artinya tidak ada kontak elektronik untuk memicu flash atau untuk mic Sony yang menggunakan multi interface.
Bagi yang suka merekam video vertikal, kamera ini sudah bisa mengenali format perekaman vertikal, dan tentunya memudahkan saat kita transfer ke ponsel/kamera tidak perlu di-flip lagi saat editing. Lalu bisa juga kita tambahkan shot mark dan crop 15 detik, 30 detik, praktis untuk yang ingin cepat edit dan post di Instagram, YouTube, dan TikTok.
Beberapa yang membantu untuk vlogger yaitu fitur soft skin dan defocus background ini untuk mengatur apakah latar belakang mau terlihat blur atau tajam semua. Bagi yang tidak belajar foto/video juga gampang aksesnya tinggal tekan tombol di atas kamera ini saja.
Kamera ini juga punya steadyshot untuk membantu stabilisasi saat merekam video, tapi steadyshot-nya sifatnya elektronik. Kalau kita memegang kamera tanpa bergerak, aman-aman saja, tapi jika kita bergerak atau berjalan cepat, maka kualitas video akan sedikit bergetar terutama bagian tepi frame. Kalau ingin kualitas yang benar-benar smooth tetap membutuhkan gimbal.
Aksesoris yang compatible dengan kamera ini adalah shooting grip Sony GP-VPT2BT yang memiliki beberapa tombol dan tuas untuk kontrol. Grip ini juga bisa berubah fungsi menjadi tripod mini jika dibutuhkan. Grip ini bisa terhubung ke kamera tanpa kabel dan membutuhkan sebuah baterai kancing. Menurut saya aksesoris ini sangat membantu saat merekam video.
Satu lagi perubahan desain yang positif dari Z-V1 yaitu thread/lubang untuk tripod sekarang posisinya lebih ke kiri lagi supaya saat di tripod/grip/tongsis, kita bisa leluasa mengganti baterai atau memory card.
Bagi penggemar fotografi, kamera ini juga bisa untuk memotret, tapi beberapa fiturnya dibatasi, misalnya tidak bisa merekam file RAW dan lensanya lebar dan tidak bisa zoom. Untuk foto landscape, arsitektur, street, dan selfie masih baik, tapi untuk foto aksi dan olahraga kamera ini kurang sesuai.
Kesimpulan
Sony ZV-1F ini menurut saya adalah kamera yang ditujukan kepada pengguna yang khusus, artinya kamera ini akan bagus untuk beberapa hal pokok seperti untuk vlog atau membuat konten video pendek, tapi untuk hal-hal lain seperti fotografi portrait dan aksi yang membutuhkan lensa telefoto dan autofokus yang sangat cepat, kamera ini kurang cocok.
Kamera ini dirancang lebih ke content creator pemula, atau cocok juga bagi fotografer atau videografer yang membutuhkan kamera tambahan untuk merekam BTS (behind the scene) atau video vertikal pendek untuk media sosial. Bagi yang sudah cukup berpengalaman dalam dunia foto/video memang akan merasa terlalu sederhana, tapi yang pemula akan merasa terbantu dengan fitur-fitur yang praktis digunakan dan mudah dipelajari.