Remaja Bunuh Bocah untuk Dijual Ginjalnya, Pengamat Soroti Meme

Remaja AD (17) dan MF (14) menghabisi nyawa bocah dan berniat menjual ginjalnya. Hariqo Satria, pengamat media sosial dari Komunikonten, memberikan pandangannya mengenai kasus ini dan menyinggung soal meme jual ginjal.
Sebagai pembuka, Hariqo mengucapkan duka mendalam dan doa untuk korban dan keluarganya. Setelah itu, dia menyuarakan beberapa hal yang dirasa penting untuk disampaikan kepada masyarakat.
"Pertama, konten meme, candaan tentang jual ginjal berpotensi melahirkan kejahatan," tulisnya dalam rilis yang diterima detikINET, Kamis (12/1/2023).
"Saya menemukan banyak konten viral soal ini, misalnya ada tulisan provokatif 'Ginjal: 2,4 M, Hati: 1,4 M, dan kalian masih mengeluh miskin, jual goblok!!!!!'. Banyak warga (termasuk pelajar) belum bisa membedakan kredibilitas produsen konten dan kualitas konten," sambungnya.
Poin selanjutnya adalah soal kemiskinan, kebodohan dan lemahnya literasi digital. Menurut Hariqo, ketiga hal tersebut dapat membuat seseorang berani membunuh demi uang.
Ketiga, Hariqo mengingatkan bahwa patroli dan edukasi keamanan siber bukan hanya tugas Kepolisian, Kemkominfo, BSSN, tapi juga tugas seluruh instansi atau akun medsos yang dibiayai oleh uang negara seperti (Kementerian, Lembaga, Dinas, Badan Usaha, dll).
"Ini juga sangat memerlukan partisipasi masyarakat. Patroli siber yang dilakukan oleh pemerintah (pusat dan daerah) harus lebih maksimal, tidak semata memantau percakapan dan akun media sosial, namun juga memonitor berbagai isu serta informasi yang berpotensi mendorong aksi kejahatan," ucapnya.
Keempat, peristiwa memilukan ini menunjukkan, tidak mudah bagi anak-anak yang lahir di zaman internet sekalipun untuk mendeteksi informasi yang mengandung kejahatan, hoaks dan pelanggaran hukum lainnya. Padahal selama ini ada anggapan, bahwa mereka yang lahir di era internet (digital native) lebih mampu mendeteksi hoaks ketimbang mereka yang lahir sebelum era internet (digital immigrant)
"Kelima, mari perbanyak membicarakan keamanan online di keluarga, lingkungan, organisasi, rumah ibadah, dan lain-lain. Karena berdasarkan riset Google tahun 2021, sepertiga orang tua di Indonesia tidak pernah membicarakan keamanan online dengan keluarganya," tandasnya.