• Home
  • Berita
  • Memprediksi Masa Depan eCommerce di 2023 dan Tantangannya

Memprediksi Masa Depan eCommerce di 2023 dan Tantangannya

Redaksi
Oct 23, 2022
Memprediksi Masa Depan eCommerce di 2023 dan Tantangannya

Pandemi ternyata mengajarkan satu hal, yakni kehadiran sejumlah aktivitas yang dapat dilakukan tanpa memerlukan kita bepergian keluar rumah, salah satunya untuk berbelanja berbagai kebutuhan. Seiring dengan majunya teknologi kita disajikan dengan kemudahan bertransaksi tanpa tatap muka.

Pandemi bahkan mendorong penggunaan platform digital lebih intensif, sekaligus menciptakan pasar yang lebih kompetitif, pada saat yang bersamaan menjadi bukti bahwa kebutuhan kita bisa terpenuhi tanpa kegiatan bertatap muka. Hal ini menunjukkan bahwa pengalaman selama pandemi malah berujung ke ragam keuntungan bagi para konsumen. Namun seiring dengan surutnya badai pandemi, ada beberapa kegiatan yang sulit dilepaskan karena faktor kenyamanan, seperti bertransaksi secara online di loka pasar. Hal ini terlihat dari data Mckinsey&Co yang menyatakan bahwa peningkatan konsumen yang berbelanja secara online sebesar 60 persen sejak masa pandemi di Indonesia.

Lebih lagi, tren ecommerce akan tetap menjadi kanal vital untuk proyeksi bisnis di tahun 2023, hal ini terlihat dari nilai transaksi pada tahun 2022 dimana ekonomi digital membukukan transaksi USD 53 miliar atau lebih dari Rp 700 triliun di Indonesia.

Kegemaran untuk meneruskan transaksi online ini juga dipengaruhi oleh pola perilaku warganet yang mampu menggunakan hingga 5 perangkat yang berbeda untuk mengakses internet. Akan tetapi, untuk mewujudkan masa depan ecommerce yang inklusif, Indonesia memiliki beberapa tantangan yang perlu ditaklukkan bersama. Pertama, penyempurnaan jaringan di seluruh wilayah Indonesia. Ekosistem digital tentu tidak lepas dari peran infrastruktur jaringan yang memadai dimana semakin besarnya kebutuhan koneksi internet akan konten berbelanja secara streaming berjalan lurus dengan kebutuhan kapasitas jaringan yang sesuai.

Selain itu, komponen kenyamanan dan keamanan untuk melakukan transaksi secara daring juga perlu disempurnakan sejalan dengan agenda pembangunan jaringan ini, khususnya untuk implementasi jaringan generasi kelima atau yang kita kenal dengan 5G. Agenda pembangunan generasi ini dilakukan secara perlahan dengan target merata pada tahun 2024 sampai 2025. Selanjutnya, tantangan yang akan dihadapi ialah penciptaan serta peningkatan ekosistem digital yang menjanjikan bagi Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). Sektor ini menjadi esensial, mengingat peluang dari keberadaan UMKM sebagai penggerak perekonomian digital. Bahkan, data menunjukkan UMKM sendiri pada tahun 2021 telah berkontribusi terhadap Produk Domestik Bruto hingga 61,07% atau senilai Rp 8.574 Triliun. Namun usaha untuk melakukan onboarding UMKM ke pasar digital tidaklah semudah membalikkan telapak tangan, tantangan tidak lepas dari perkembangan serta teknologi yang belum menyentuh seluruh pelosok negeri, serta urusan modal, penciptaan iklim investasi yang sehat, serta keahlian dalam manajemen dan bisnis yang masih membutuhkan program pembinaan.

back to top