Matahari Buatan China, EAST, Pecahkan Rekor dengan Plasma Ultra-Panas
Jakarta – Experimental Advanced Superconducting Tokamak (EAST), yang dikenal sebagai "matahari buatan" China, kembali memecahkan rekor dalam pengoperasian reaktor fusi nuklir. Reaktor mutakhir ini berhasil mempertahankan plasma dengan suhu lebih dari 100 juta derajat Celsius selama 1.066 detik (setara 17 menit 46 detik).
Dilansir dari Xinhua, pencapaian luar biasa ini terjadi pada Senin (20/1), dipimpin oleh para peneliti dari Institute of Plasma Physics under the Chinese Academy of Sciences (ASIPP). Sebelumnya, pada Mei 2023, EAST telah mencapai rekor waktu 403 detik untuk plasma ultra-panas dengan suhu yang melebihi 160 juta derajat Celsius. Meski begitu, suhu spesifik yang dicapai dalam eksperimen terbaru ini belum diungkapkan.
Rekor Baru Fusi Nuklir
EAST juga mencatatkan pencapaian sebelumnya pada 30 Desember 2021, ketika berhasil mempertahankan plasma bersuhu 120 juta derajat Celsius selama 1.056 detik. Rekor terbaru ini menandai langkah besar dalam pengembangan teknologi reaktor fusi yang dapat menjadi sumber energi berkelanjutan.
Suhu plasma yang dicapai dalam reaktor ini bahkan jauh lebih tinggi daripada suhu inti bintang, tempat reaksi fusi secara alami terjadi. Perbedaan utamanya adalah bintang menggunakan tekanan luar biasa untuk memaksa hidrogen bersatu pada suhu lebih rendah, sedangkan reaktor seperti EAST membutuhkan suhu yang jauh lebih tinggi untuk mencapai hasil serupa.
Pentingnya Operasi Stabil untuk Masa Depan Energi Fusi
Direktur ASIPP, Song Yuntao, menjelaskan pentingnya operasi stabil pada efisiensi tinggi dalam reaktor fusi. "Perangkat fusi harus mencapai operasi yang stabil selama ribuan detik untuk memastikan sirkulasi plasma yang berkelanjutan. Ini sangat penting untuk pembangkit listrik fusi di masa depan," ujarnya.
Reaktor seperti EAST dirancang untuk mendemonstrasikan potensi energi fusi sebagai alternatif energi bersih. Namun, agar energi fusi menjadi komersial, reaktor harus mampu menghasilkan plasma secara konsisten dalam jangka waktu yang lama.
China dan Proyek ITER Internasional
China adalah salah satu anggota International Thermonuclear Experimental Reactor (ITER), sebuah kolaborasi global yang melibatkan Uni Eropa, India, Jepang, Rusia, Korea Selatan, dan Amerika Serikat. Proyek ITER bertujuan untuk membangun reaktor fusi nuklir skala penuh yang diharapkan menghasilkan plasma pertama pada tahun 2034, meski awalnya direncanakan pada akhir 2020-an.
Reaktor eksperimental seperti EAST, bersama dengan proyek serupa di berbagai negara, memainkan peran penting dalam menyempurnakan teknologi untuk ITER.
Kemajuan teknologi fusi seperti yang dicapai oleh EAST menunjukkan potensi besar dalam menghasilkan energi bersih yang tak terbatas. Meski masih dalam tahap pengembangan, pencapaian ini membawa harapan baru untuk masa depan energi yang berkelanjutan.