• Home
  • Berita
  • Laut Ini Satu-satunya di Dunia yang Tidak Menyentuh Daratan

Laut Ini Satu-satunya di Dunia yang Tidak Menyentuh Daratan

Redaksi
Jul 14, 2024
Laut Ini Satu-satunya di Dunia yang Tidak Menyentuh Daratan
Daftar Isi
  • Terdokumentasi dalam Legenda
  • Terancam Rusak
Jakarta -

Masih banyak misteri Bumi yang belum kita pahami, termasuk fenomena laut yang ajaib. Ada satu perairan di Bumi yang tidak menyentuh satu pun garis pantai.

Sebuah wilayah yang terletak di Samudra Atlantik Utara, disebut Laut Sargasso, memiliki batas-batas yang unik. Alih-alih daratan, wilayah ini dibatasi oleh arus samudra, jadi tidak ada pantai Sargasso yang bisa dikunjungi.

Laut Ini diselimuti rumput laut berwarna kuning kecokelatan yang berbau busuk (disebutSargassum) dan telah menjadi rumah bagi pulau buatan manusia yang mengerikan, yang dijuluki North Atlantic Garbage Patch. Namun, tempat ini tetap merupakan situs yang memiliki signifikansi ekologi, sejarah, dan bahkan budaya yang nyata.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sebuah organisasi khusus yang dibentuk untuk melindungi wilayah laut yang unik ini menyebutnya sebagai surga keanekaragaman hayati yang memainkan peran penting dalam ekosistem Atlantik Utara yang lebih luas.

Dikutip dari Live Science, KomisiLaut Sargassomencatat bahwa spesies belut yang terancam punah pergi ke laut untuk berkembang biak, sementara paus, terutama paus sperma dan paus bungkuk, bermigrasi melewatinya, seperti halnya tuna dan jenis ikan lainnya. Hal ini juga penting untuk mendukung siklus hidup sejumlah spesies yang terancam punah, termasuk hiu porbeagle dan beberapa jenis kura-kura. Jika meminjam istilah ahli biologi kelautan ternama, Dr. Sylvia Earle, wilayah ini disebut 'hutan hujan terapung berwarna keemasan'.

ADVERTISEMENT
Laut Sargasso terletak di Samudra Atlantik Utara. Foto: Live Science

Terdokumentasi dalam Legenda

Di mata para ahli kelautan, laut tentunya bukan sekadar legenda, tetapi juga merupakan bagian dari cerita rakyat. Christopher Columbuspertama kali mendokumentasikan pertemuan dengan lapisan aneh Sargassum dalam buku harian ekspedisinya pada tahun 1492.

Ia menulis tentang ketakutan para pelautnya bahwa rumput laut akan menjerat mereka dan menyeret mereka ke dasar laut, atau bahwa keadaan tenang tanpa angin (doldrum) yang mereka hadapi di Laut Sargasso dapat mencegah mereka kembali ke Spanyol.

Ketakutan semacam itu menjadi bagian dari pengetahuan laut selama berabad-abad, dan ketenarannya semakin meningkat karena hubungannya dengan Segitiga Bermuda yang terkenal. Untuk diketahui, wilayah 'Segitiga Keramat' yang dikenal sebagai area pesawat dan kapal tiba-tiba menghilang, terletak di area barat daya Sargasso antara Bermuda, Florida, dan Puerto Riko.

Terancam Rusak

Laut ada di Bumi ini berkat empat arus, yakni Arus Atlantik Utara di utara, Arus Canary di timur, Arus Ekuatorial Atlantik Utara di selatan, dan Arus Antillen di barat.

Arus melingkar ini, yang disebut pusaran samudra, secara efektif menjebak badan air di dalamnya, sehingga menghasilkan apa yang Jules Verne gambarkan dalam 'Twenty Thousand Leagues under the Sea' sebagai danau sempurna di Atlantik terbuka. Namun saat ini, 'danau' ini masih jauh dari kata sempurna.

Sargasso kini menghadapi ancaman nyata dari pelayaran, termasuk kebisingan di bawah air, kerusakan pada lapisan Sargassum, dan pelepasan bahan kimia, penangkapan ikan berlebihan, polusi dari puing-puing yang mengapung dan, tentu saja, perubahan iklim.

Karena gerakan sirkulasi pusaran samudra, plastik berputar ke dalam laut, bergabung dengan tumpukan sampah mengerikan yang terbentuk di sana. 'Tugu peringatan' raksasa untuk mengenang perilaku merusak umat manusia ini diperkirakan membentang ratusan kilometer dan mengandung kepadatan 200 ribu keping sampah per kilometer persegi.

Ilmuwan menyebut, kondisinya saat ini memburuk. Sebuah studi baru yang diterbitkan 8 Desember 2023 menemukan bahwa laut menjadi lebih hangat, lebih asin, dan lebih asam daripada sebelumnya sejak pencatatan dimulai pada tahun 1954, dan hal ini dapat berdampak serius dan luas pada sistem samudra lainnya.

Penulis utama laporan tersebut, ahli oseanografi kimia Nicholas Bates, memperingatkan bahwa lautan mengalami suhu terhangat yang pernah terjadi selama jutaan tahun, dan hal ini dapat menyebabkan perubahan serius pada kehidupan laut lokal dan siklus air global.

"Pemanasan global mungkin telah mencapai titik yang berpotensi tidak dapat kembali lagi dalam waktu yang cukup lama," sebut Professor Bates.



OceanX Sebut Laut Indonesia Dalam Keadaan Kritis

OceanX Sebut Laut Indonesia Dalam Keadaan Kritis


(rns/rns)
back to top