• Home
  • Berita
  • Keluyuran dengan TBC Tak Diobati, Wanita di AS Terancam Penjara

Keluyuran dengan TBC Tak Diobati, Wanita di AS Terancam Penjara

Redaksi
Feb 08, 2023
Keluyuran dengan TBC Tak Diobati, Wanita di AS Terancam Penjara

Seorang wanita di negara bagian Washington, Amerika Serikat (AS) terancam dihukum penjara karena penyakitnya. Pasalnya, ia mengidap TBC atau tuberkulosis namun tidak diobati dan melenggang bebas ke mana-mana.

Tindakannya ini dianggap membahayakan orang lain karena bisa menularkan penyakit. Wanita yang dirahasiakan identitasnya ini diawasi lewat pemantauan rumah elektronik sehingga pihak berwenang mengetahui ia melanggar beberapa perintah pengadilan agar kasus tuberkulosisnya yang aktif dan menular dirawat dan tetap dalam isolasi saat melakukannya.

Pekan lalu, Departemen Kesehatan Wilayah Tacoma-Pierce, Washington, mengumumkan bahwa mereka memantau kasus tuberkulosis aktif pada seorang wanita yang menolak pengobatan di daerah itu.

"Kebanyakan orang yang kami hubungi senang mendapatkan perawatan yang mereka butuhkan," kata Nigel Turner, direktur divisi Pengendalian Penyakit Menular, dikutip dari ArsTechnica, Rabu (8/2/2023).

"Namun terkadang orang menolak perawatan dan isolasi. Ketika itu terjadi, kami mengambil langkah untuk membantu menjaga keamanan masyarakat," lanjutnya.

Berdasarkan laporan The News Tribune, penolakan wanita tersebut untuk mengindahkan pedoman kesehatan masyarakat rupanya adalah kasus lama bagi pejabat setempat. Dokumen yang diajukan ke Pengadilan Tinggi Pierce County itu mencantumkan bahwa perintah pengadilan pertama yang dikeluarkan agar wanita tersebut diisolasi paksa, telah dilakukan lebih dari setahun yang lalu hingga 19 Januari 2022.

Tuberkulosis adalah infeksi bakteri yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis dan sebagian besar menyebabkan penyakit pada paru-paru, meskipun dapat menyerang bagian tubuh lainnya.

Penyakit ini bisa dengan mudah berubah menjadi mematikan jika tidak mendapatkan perawatan yang tepat. M. tuberculosis ditularkan melalui udara ketika orang yang terinfeksi batuk, bersin, meludah, atau mengeluarkan sel bakteri di sekitarnya.

Meskipun penularan sebagian besar terjadi dari kontak yang dekat dan lama, hanya menghirup beberapa kuman mikroskopis ini sudah cukup untuk memicu infeksi. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia, tuberkulosis adalah salah satu penyakit menular yang menjadi pembunuh teratas di dunia. Penyakit inin menyebabkan 1,6 juta kematian di tahun 2021.

Pengobatan tuberkulosis tidak mudah, dibutuhkan waktu empat atau enam bulan dan empat jenis antibiotik untuk menghilangkan infeksi secara efektif. Tetapi M. tuberculosis menjadi semakin kebal obat, bahkan kebal obat secara ekstensif (XDR-TB). Hal ini dianggap menyebabkan krisis kesehatan masyarakat global dan ancaman terhadap keamanan kesehatan.

Kasus-kasus yang resistan terhadap obat ini dapat memakan waktu hingga 20 bulan melakukan terapi antibiotik dan dikombinasi dengan pengobatan alternatif yang mahal dan beracun. Tetapi resistensi obat berkembang atau meningkat jika pasien gagal menyelesaikan atau meminum antibiotik yang diresepkan dengan benar, seperti yang terjadi pada wanita Washington.

Dokumen pengadilan Januari 2022 mencatat bahwa petugas kesehatan lokal memerintahkan wanita itu untuk mengisolasi diri dan menjalani perawatan, namun ia menolak.

Pengadilan mengeluarkan perintah untuk isolasi paksa, tetapi nihil. Wanita itu terus menolak dikarantina, menurut perintah yang dikeluarkan pada 26 Januari 2022. Perintah itu diperbarui pada 14 Februari 2022, lalu 24 Februari, 24 Maret, 19 April, dan seterusnya setiap bulan hingga 16 Desember 2022.

Bulan lalu, Departemen Kesehatan tampaknya mencapai titik puncaknya. Wanita itu tidak hanya mendekati batas satu tahun karena melanggar perintah pengadilan, tetapi dia juga mengalami kecelakaan mobil, yang tampaknya makin menyoroti kelalaiannya.

Menurut dokumen pengadilan tambahan yang diajukan oleh Departemen Kesehatan pada 11 Januari, wanita tersebut mengalami kecelakaan mobil sebagai penumpang. Artinya, ia tidak diisolasi di rumah tempat dia seharusnya berada dan kontak erat dengan pengemudi sehingga berisiko tertular tuberkulosis.

Selain itu, dia pergi ke unit gawat darurat sehari setelah kecelakaan dengan keluhan nyeri dada dan tidak memberi tahu dokter yang merawatnya tentang kasus tuberkulosis aktifnya, sehingga membahayakan dokter dan staf rumah sakit lainnya.

Ketika tim medis melakukan rontgen dadanya dan melihat keadaan paru-parunya, awalnya mereka menduga dia menderita kanker. Namun nyatanya, hasil rontgen mengungkapkan bahwa kasus TB-nya semakin parah.

Parahnya lagi, dia juga dinyatakan positif COVID-19, sehingga makin menegaskan bahwa dia tidak mengisolasi diri sesuai perintah pengadilan ini.

Pengadilan memperbarui perintahnya pada 20 Januari 2023, menambahkan bahwa kelalaiannya mematuhi peraturan kali ini bisa membuat Pengadilan memerintahkan tindakan lebih lanjut, termasuk menjadi tahanan rumah dengan pengawasan elektronik.

Menurut data terbaru dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS, terdapat 7.882 kasus tuberkulosis di AS pada tahun 2021 dan 600 kematian terkait tuberkulosis pada tahun 2020. Departemen Kesehatan Tacoma-Pierce melaporkan bahwa negara bagian Washington rata-rata mencatat sekitar 200 kasus per tahun, dan Pierce County, selatan Seattle, rata-rata sekitar 20 kasus.

back to top