Ini Negara-negara yang Alami Krisis Populasi

China mengalami penurunan populasi drastis pertamanya dalam enam dekade di tahun ini. Tapi China bukan satu-satunya negara yang jumlah penduduknya menurun.
Banyak negara, terutama di Eropa dan Asia, diperkirakan akan mengalami penurunan bahkan krisis populasi dalam beberapa dekade mendatang, jika perkiraan tahun 2100 yang diterbitkan oleh PBB pada Juli 2022 terbukti benar.
Di sejumlah negara, populasi sudah mulai menurun. Setidaknya ada delapan negara dengan lebih dari 10 juta penduduk telah mengalami penurunan populasi selama dekade terakhir, kebanyakan dari Eropa.
Selain Ukraina yang populasinya anjlok karena invasi Rusia, jumlah penduduk di Italia, Portugal, Polandia, Rumania, dan Yunani juga semakin berkurang.
Ada banyak alasan di balik penurunan ini. Beberapa alasan terdengar unik untuk setiap negara, tetapi semuanya memiliki tingkat kesuburan yang rendah, artinya rata-rata wanita memiliki lebih sedikit bayi dibandingkan beberapa dekade sebelumnya.
Menurut World Bank, di negara-negara Eropa selatan dan timur, tingkat kesuburannya antara 1,2-1,6 anak per wanita. Diperlukan skor tingkat kesuburan lebih dari 2 untuk menjaga stabilitas populasi.
Dikutip dari Euro News, fenomena ini belum lagi ditambah dengan eksodus migrasi besar-besaran di Polandia, Rumania, dan Yunani, sehingga lebih banyak orang pergi dan tinggal di luar negeri daripada tinggal di negara mereka.
Di luar Eropa, sejumlah negara Asia selain China, seperti Jepang, Korea Selatan, Hong Kong pun mengalami krisis populasi. Jepang bahkan disebut negeri yang menua karena tingkat kesuburan yang rendah yaitu 1,3 anak per wanita dan tingkat imigrasi yang rendah. Jepang kehilangan lebih dari 3 juta orang antara tahun 2011 hingga 2021.
Hal yang sama berlaku untuk Timur Tengah. Di Suriah, populasinya telah hancur akibat perang yang berkepanjangan selama lebih dari satu dekade, dan jutaan pengungsi melarikan diri ke negara-negara tetangga dan sekitarnya.
Sekitar 606 ribu pria, wanita dan anak-anak tewas dalam pertempuran tersebut berdasarkan perkiraan Syrian Observatory for Human Rights (SOHR).
China, yang saat ini masih menjadi negara terpadat di dunia, selama bertahun-tahun telah mengkhawatirkan dampak populasi yang menua terhadap ekonomi dan masyarakat. Tetapi mereka tidak pernah menyangka kalau populasinya menurun secepat ini. Sebelumnya, mereka memperkirakan populasi mereka tidak akan menurun setidaknya selama hampir satu dekade.
Fakta bahwa China kini mengalami penurunan populasi signifikan untuk pertama kalinya dalam 60 tahun, diperkirakan akan berubah menjadi tren yang bertahan lama dan berdampak pada populasi Negeri Tirai Bambu ini di tahun-tahun mendatang.
China diperkirakan akan kehilangan hampir separuh penduduknya pada tahun 2100, turun dari lebih dari 1,4 miliar menjadi 771 juta penduduk.
Rusia, Jerman, Korea Selatan, dan Spanyol pun diperkirakan segera bergabung dengan tren penurunan ini dan populasi mereka diramalkan akan anjlok di tahun 2030.
Sementara itu, populasi Eropa secara keseluruhan akan mulai menurun pada awal dekade ini. Namun, ada beberapa pengecualian. Sementara populasi Eropa, Amerika, dan Asia diperkirakan anjlok di tahun 2100, jumlah orang di Afrika justru akan terus melonjak.
Benua Afrika akan bertambah dari 1,4 menjadi 3,9 miliar penduduk pada tahun 2100. Sekitar 38% populasi dunia kemudian akan tinggal di Afrika, jauh lebih banyak dibandingkan saat ini yaitu sekitar 18%.
Simak Video " Warga Hong Kong Lebih Pilih Punya Kucing Dibanding Bayi"
[Gambas:Video 20detik]
(rns/rns)