Ilmuwan Ribut Soal Ancaman dan Manfaat AI, Perlukah Khawatir?

Para ilmuwan mulai meributkan perihal artificial intelligence. Ada yang merasa AI adalah suatu ancaman, namun ada juga yang berpikir sebaliknya. Terlebih ketika chatbot OpenAI yakni ChatGPT muncul.
Prof Pitoyo Peter Hartono dari School of Engineering Chukyo University dalam acara Diaspora Talk Homecoming 'AI: Masa Lalu, Sekarang dan Masa Depan' oleh BRIN, Rabu (30/8/2023) menyebut dua ilmuwan yang merasa khawatir soal AI. Mereka adalah Goeffrey Hinton dari University of Toronto dan Yoshua Bengio dari Universitas de Montreal.
"Yoshua Bengio mengatakan bahwa ada kemungkinan yang signifikan soal AI yang lebih cerdas dari manusia, melampaui kemampuan manusia. Begitu juga Geoffrey Hinton yang belakangan ini mulai merasa AI adalah 'ancaman eksistensial'," ujarnya.
"Tapi Yann LeCun dari New York University mengatakan mereka terlalu penakut dan yakin tidak akan ada AI yang lebih pintar dari manusia," lanjutnya.
Namun ada pencapaian artificial intelligence (AI) yang tidak bisa diabaikan. Salah satu milestone fenomenal adalah di tahun 2016 ketika Google mengeluarkan algoritma AlphaGo untuk bermain melawan juara dunia dari Korea Selatan, Lee Sedol.
"Banyak yang apatis AlphaGo bisa menang, tapi dalam kenyataan setelah melakukan 5 game, AlphaGo menang 4 kali. Manusia kalah oleh mesin," ujarnya.
Kabar kemenangan AlphaGo melawan Lee Sedol pun mendunia. Bahkan pembahasannya menjadi berita utama di berbagai media besar.
Kalau menurut kalian bagaimana, detikers? Apakah kita harus khawatir soal AI atau tidak?
Simak Video "AI Bantu Penderita Stroke Berkomunikasi Lagi"
[Gambas:Video 20detik]
(ask/ask)