• Home
  • Berita
  • Ilmuwan Ngide Asteroid Dijadikan Stasiun Luar Angkasa, Memang Bisa?

Ilmuwan Ngide Asteroid Dijadikan Stasiun Luar Angkasa, Memang Bisa?

Redaksi
Aug 11, 2023
Ilmuwan Ngide Asteroid Dijadikan Stasiun Luar Angkasa, Memang Bisa?
Jakarta -

Ide untuk mengubah asteroid menjadi habitat luar angkasa yang berotasi sudah ada sejak lama. Meskipun demikian, tampaknya gagasan ini relatif sulit diwujudkan dari segi teknologi, sehingga konsep tersebut belum mendapat banyak perhatian selama bertahun-tahun.

David W. Jensen, seorang pensiunan Technical Fellow di Rockwell Collins, baru-baru ini. Dia merilis makalah setebal 65 halaman yang merinci rencana yang mudah dipahami, relatif murah, dan layak untuk mengubah asteroid menjadi habitat luar angkasa.

Dikutip dari Science Alert, Dr. Jensen memecah diskusi menjadi tiga kategori utama, yakni pemilihan asteroid, pemilihan gaya habitat, dan strategi misi untuk sampai ke sana, termasuk robot apa yang akan digunakan.

Pemilihan asteroid difokuskan pada asteroid mana yang akan menjadi kandidat terbaik untuk diubah menjadi habitat luar angkasa yang berotasi. Pertimbangan untuk bagian ini termasuk terbuat dari apa asteroid itu, kedekatannya dengan Bumi dan 'delta-V', yaitu berapa banyak energi yang diperlukan untuk mencapainya, dan ukurannya secara keseluruhan.

Setelah melalui proses seleksi yang relatif mendalam, Dr. Jensen memutuskan satu kandidat yang bagus, Atira. Asteroid tipe S ini masuk dalam seluruh kelas asteroid. Atira hadir dengan diameter sekitar 4,8 km dan bahkan memiliki bulan sendiri berupa asteroid lain berdiameter 1 km yang mengorbitnya secara dekat.

Atira sebenarnya bukan asteroid potensial terdekat, karena jarak pendekatan terdekatnya sekitar 80 kali jarak ke Bulan. Namun, orbitnya stabil di 'zona Goldilocks' tata surya kita, yang akan membantu menstabilkan suhu internal habitat yang pada akhirnya akan diubah.

Salah satu pertimbangan paling kritis adalah gravitasi atau gravitasi buatan yang disebabkan oleh gaya sentripetal. Tetapi untuk mendapatkan gaya sentripetal, stasiun harus berotasi. Atira sudah memiliki sedikit rotasi, tetapi bagian dari menciptakan habitat luar angkasa akan mencakup memutar asteroid itu sendiri hingga kecepatan rotasi yang masuk akal yang dapat secara akurat meniru gravitasi yang akan dirasakan seseorang di Bumi.

Dr. Jensen juga melewati banyak pertimbangan lain untuk pemilihan jenis stasiun tertentu, termasuk gaya yang akan dibuatnya pada bahan yang dibuatnya, ia menyarankan menggunakan kaca anhidrat sebagai elemen struktural potensial. Perlu juga dipertimbangkan berapa banyak bahan yang dibutuhkan berada di kulit terluar untuk perlindungan dari radiasi dan mikrometeorit, dan berapa banyak ruang hidup yang akan terkandung di dalamnya.

Untuk pertimbangan terakhir itu, dia menyarankan untuk menambahkan beberapa lantai ke struktur asteroid, sehingga secara dramatis akan meningkatkan ruang hidup secara keseluruhan di seluruh habitat.

Lalu bagaimana tepatnya kita membangun raksasa sebesar itu? Robot yang mereplikasi diri adalah jawaban Dr. Jensen. Bagian ketiga laporan merinci rencana untuk memanfaatkan robot seperti laba-laba dan stasiun pangkalan yang dapat mereplikasi dirinya sendiri. Dia menekankan pentingnya hanya mengirimkan komponen teknis paling canggih dari Bumi dan menggunakan material di asteroid itu sendiri untuk membangun yang lainnya, mulai dari penggiling batu hingga panel surya.

Secara teoritis, tampaknya koheren dan masuk akal. Pertama, Dr. Jensen menyarankan mengirim kapsul 'benih' yang berisi empat robot laba-laba, stasiun pangkalan, dan elektronik canggih yang cukup untuk membuat 3.000 robot laba-laba lagi hanya dengan sekitar 8,6 metrik ton, kira-kira kapasitasnya kurang dari Falcon Heavy modern. Begitu mencapai asteroid, ia tidak memerlukan input lebih lanjut dari Bumi, setidaknya demikian secara teori.

Dr. Jensen memperkirakan bahwa program ini hanya akan menelan biaya USD4,1 miliar. Itu jauh lebih kecil dari yang direncanakan NASA sebesar USD 93 miliar untuk dibelanjakan pada program Apollo. Dan hasilnya adalah habitat luar angkasa yang menyediakan 1 miliar meter persegi tanah yang sebelumnya tidak ada.

Mungkin yang lebih mengesankan adalah waktu pengerjaannya. Dr. Jensen memperkirakan bahwa seluruh proyek konstruksi dapat diselesaikan dalam waktu 12 tahun. Namun, masih butuh waktu lebih lama untuk mengisi habitat dengan udara dan air serta mulai mengatur suhunya. Namun, itu adalah waktu yang relatif singkat untuk proyek ambisius semacam itu.

Estimasi biaya dan waktu pengerjaan ini agaknya bisa disanggupi pada tingkat kekayaan [ara miliarder yang menunjukkan minat dalam eksplorasi ruang angkasa sepertu Elon Musk dan Elon Musk.
Jika ide Dr. Jensen dinilai layak, mungkin kompetisi ruang angkasa miliarder besar berikutnya adalah untuk melihat siapa yang dapat membangun habitat ruang gravitasi buatan pertama di dunia.



Simak Video "NASA Waspadai Asteroid Raksasa yang Bakal Lewati Bumi"
[Gambas:Video 20detik]
(rns/rns)
back to top