Idealnya Indonesia Punya 3 Operator Seluler, Siapa yang Merger?

Pengamat telekomunikasi menyebutkan idealnya Indonesia memang memiliki tiga operator seluler saja, di mana saat ini masih dihuni empat operator seluler.
Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Budi Arie Setiadi, sebelumnya mendorong agar para operator seluler yang ada saat ini melakukan konsolidasi. Merger tersebut akan berdampak pada industri telekomunikasi Indonesia ke depannya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Terkait dorongan Menkominfo tersebut, Founder Indotelko Forum Doni Ismanto, mengatakan turut mendukung upaya konsolidasi terjadi lagi di industri telekomunikasi.
"Dalam 10 tahun terakhir ini memang didorong terjadinya konsolidasi, yang ketika itu ada enam operator seluler. Idealnya memang tiga atau dua operator seluler," ujar Doni saat dihubungi detikINET, Jumat (29/9/2023)
Sebagai informasi, dalam satu dekade terakhir sudah terjadi dua aksi korporasi yang dilakukan penyelenggara jasa telekomunikasi, yaitu XL Axiata merger dengan Axis pada 2014 dan Indosat Ooredoo bergabung dengan Hutchison 3 Indonesia (Tri) pada 2021.
Tercatat saat ini ada empat operator seluler yang beroperasi, yakni Indosat Ooredoo Hutchison, Smartfren, Telkomsel, dan XL Axiata.
Doni mengungkapkan banyaknya operator seluler ini turut menghadirkan tarif internet yang kompetitif. Tetapi di sisi lain, kualitas layanan internet Indonesia masih terbilang lemot, di mana itu bisa dilihat peringkat Indonesia yang dirilis Ookla dan Opensignal.
Ia kemudian memaparkan potensi merger operator seluler yang akan terjadi nantinya.
"Dari sisi market share, Telkomsel dan Indosat itu nggak mungkin, dilihat dari nature investor juga nggak mungkin terjadi konsolidasi, misalnya Ooredoo (induk perusahaan Indosat) itu biasanya buy seperti kemarin buy Three. Sedangkan, Telkomsel itu sebagai perusahaan plat merah itu panjang (urusannya), apalagi IndiHome sudah ditarik ke Telkomsel yang belum selesai, kalau ada nanti bisa berdarah-darah. Jadinya nggak logic," tutur Doni.
"Lalu, potensi merger Smartfren dan XL, atau Indosat beli Smartfren, tapi melihat struktur keuangan Indosat itu nggak mungkin karena sebelumnya sudah membeli Tri. XL merger Axis saja butuh tiga tahun agar finansialnya bagus, jadi Indosat aksi korporasi lagi itu berisiko. Idealnya XL dan Smartfren," pungkasnya.
Simak Video "detikcom Leaders Forum: Arah Industri Telekomunikasi Indonesia"
[Gambas:Video 20detik]
(agt/fay)