Hujan Merah Darah di India, Penyebabnya Tak Terduga

Peristiwa hujan biasanya menurunkan air jernih. Namun berbeda dengan yang pernah terjadi di Kerala, India, hujan yang turun berwarna merah darah. Ilmuwan dan peneliti pun berupaya mencari tahu penyebabnya.
Hujan merah darah pertama kali terjadi di Kerala pada tahun 1896, dan terjadi hingga beberapa kali sejak itu. Pada tahun 2001, antara 25 Juli dan 23 September, penduduk setempat melaporkan bahwa hujan berwarna merah mengguyur wilayah tersebut dengan deras hingga menodai pakaian menjadi merah muda.
Dikutip dari Mystery of India, hujan dengan warna lain juga dilaporkan warga setempat. Mereka menyebut, pernah terjadi hujan dengan curah air dari langit berwarna hijau, kuning dan hitam. Peristiwa terakhir terjadi pada Juni 2012. Di tahun itu, selain di Kerala, ada juga laporan 'hujan darah' di Sri Lanka pada 15 November hingga 27 Desember.
Setelah kejadian pada tahun 2001 beberapa penelitian dilakukan dan para ilmuwan awalnya menyatakan bahwa hujan berwarna di Kerala disebabkan oleh ledakan meteor. Makin banyak peneliti yang penasaran dengan fenomena ini, salah satunya termasuk Godfrey Louis, fisikawan di Cochin University of Science and Technology. Louis mengumpulkan sejumlah sampel hujan merah dan bertekad mencari tahu apa yang menyebabkan kontaminasi, mungkin pasir atau debu dari gurun yang jauh.
Namun dugaan ini kemudian diabaikan ketika mereka melakukan penyelidikan menyeluruh dan menemukan bahwa hujan nyatanya tidak membawa debu gurun. Di bawah mikroskop, tidak ditemukan bukti adanya pasir atau debu. Sebaliknya, air hujan dipenuhi sel darah merah yang sangat mirip dengan serangga pada umumnya.
Anehnya lagi, Louis tidak menemukan bukti DNA dalam sel-sel ini yang akan mengesampingkan sebagian besar jenis sel biologis yang diketahui. Sel darah merah hanya salah satu kemungkinan, dan itu pun seharusnya akan hancur dengan cepat oleh air hujan.
Pemerintah setempat kemudian menugaskan sebuah penelitian untuk menyelidiki hal ini. Setelah analisis intensif di dua laboratorium di Inggris, astronom Chandra Wickramasinghe yang mempelajari sel dengan ahli mikrobiologi di University of Cardiff mengatakan bahwa ia menemukan tanda-tanda keberadaan sel biologis, mengonfirmasi temuan Louis.
"Seiring berjalannya penelitian, saya semakin yakin bahwa ini adalah sel biologis yang tidak biasa. Sel-sel 'hujan darah' tahun 2001 berkembang biak di bawah panas yang ekstrem dan ternyata tidak mengandung DNA," sebutnya.
Hasil studi mereka menemukan bahwa alih-alih debu gurun atau ledakan meteor, hujan berwarna diakibatkan oleh spora udara dari genus trentepohlia. Ini adalah sejenis ganggang hijau yang berkembang biak di daerah tersebut. Spesies persisnya kemudian dinamai oleh tim peneliti Internasional sebagai Trentepohlia annulata.
Diketahui bahwa spora dari ganggang udara yang berkembang biak secara lokal telah mewarnai hujan. Partikel merah tersuspensi dalam air hujan, membuat tetesan air hujan berwarna merah darah.
Simak Video "'Hutan Hujan' Resmi Dibuka, Ada Apa Saja?"
[Gambas:Video 20detik]
(rns/rns)