Digitalisasi Peternakan Ayam Lewat Smart Farming Pitik

Perkembangan teknologi digital merambah peternakan ayam lewat teknologi smart farming dan machine learning, seperti yang dikembangkan oleh PT Pitik Digital Indonesia lewat produknya yang bernama Pitik.
Baru-baru ini mereka bekerja sama dengan PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk (CPI) untuk mengimplementasikan teknologinya di peternak ayam broiler yang terafiliasi dengan grup CPI.
"Kerjasama antara Pitik dan CPI ini menjadi langkah penting dalam melakukan proses digitalisasi sektor peternakan ayam di Indonesia, terutama karena CPI merupakan perusahaan agro industri terbesar yang telah beroperasi di Indonesia sejak tahun 1971," kata CEO dan Co-Founder Pitik, Arief Witjaksono, dalam keterangan yang diterima detikINET, Jumat (28/10/2022).
Nantinya, teknologi smart farming Pitik akan dieksplorasi untuk dapat meningkatkan efisiensi farm yang terafiliasi dengan grup CPI di seluruh Indonesia. Kolaborasi antara Pitik dan CPI ini merupakan respon Pitik yang mengklaim antusiasme peternak ayam di Indonesia untuk menggunakan teknologi smart farming Pitik terus meningkat.
Pitik menyebut pengguna teknologinya meningkat 8 kali lipat dalam 10 bulan terakhir. Saat ini perangkat sensor IoT Pitik telah terpasang di 500 titik di seluruh pulau Jawa.
Dalam keterangan yang sama, COO Pitik Rymax Joehana menyebut kalau pencapaian target berat panen ayam broiler di Indonesia masih tertinggal sebesar 20-30% dari standar peternakan di dunia. Akibatnya, pendapatan peternak lokal masih sangat rendah dan sulitnya bagi peternak maupun konsumen untuk memprediksi waktu panen.
Teknologi smart farming yang dikembangkan oleh Pitik hadir dengan tujuan memecahkan masalah tersebut. Saat ini, Pitik memiliki perangkat IoT (Internet of Things) yang mampu mendeteksi variabel penting di kandang (temperatur, kelembaban, kadar ammonia, kecepatan angin, dsb) secara real-time dan juga terintegrasi dengan sistem manajemen data berbasis cloud yang didukung oleh teknologi machine learning.
"Algoritma machine learning yang kami kembangkan mampu memprediksi siklus produksi yang bermasalah dengan akurasi lebih dari 90%, dan ini sangat berguna untuk memberikan visibilitas ke peternak apa yang akan terjadi di kandangnya sebelum masalah tersebut muncul, sehingga peternak dapat mengambil langkah pencegahan," kata Rymax.
Ia menambahkan kalau inilah yang membedakan Pitik dengan teknologi peternakan dari perusahaan lain. Perangkat teknologi smart farming berupa IoT, Camera Tech berbasis AI (Artificial Intelligence), dan Smart Scale ini telah dilakukan uji coba di 5 lokasi farm dengan total populasi ayam 180 ribu ekor.
"Kami sangat antusias dengan kesempatan untuk berkolaborasi dengan Pitik untuk dapat memodernisasi aktivitas produksi peternakan unggas ini. Berdasarkan observasi yang telah kami lakukan, teknologi smart farming yang dikembangkan oleh Pitik jauh lebih unggul dibandingkan alternatif lain, selain itu dari sisi penggunaan pun paling mengedepankan peternak (farmer-centric) sehingga mudah untuk diimplementasikan," tutup Antoni, Assistant Vice President (AVP) dari PT Charoen Pokphand Indonesia.