• Home
  • Berita
  • AI Berkembang Pesat, Perlu Aturannya di Indonesia

AI Berkembang Pesat, Perlu Aturannya di Indonesia

Redaksi
Aug 25, 2023
AI Berkembang Pesat, Perlu Aturannya di Indonesia
Jakarta -

Aturan soal AI (Artificial Intelligence) agaknya perlu dirumuskan di Indonesia. Itu disampaikan pakar dalam acara detikcom Leadership Forum, Kamis (24/08) yang diselenggarakan di The Kasablanka Hall, Jakarta Selatan.

"Untuk apa yang harus diatur, rasanya kode etik. Jadi kode etik kalau kita lihat ya beberapa negara kan sudah mengusulkan juga untuk mulai membuat regulasi terhadap AI. Kalau kita lihat isinya rata-rata masalah kode etik, jadi bagaimana ethical code-nya AI ini boleh dipakai dan tidak boleh dipakai. Jadi misalkan personifikasi orang atau apa jadi lebih ke sana sih," kata Ketua Asosiasi IoT Indonesia, Teguh Prasetya .

Di lain sisi, perkembangan AI sudah menjadi hal yang menarik atensi banyak pihak dan mendapat berbagai respon. Ketua Umum Masyarakat Telematika (MASTEL), Sarwoto Atmosutarmo menyebut bahwa AI sudah berkembang dengan sangat cepat dalam masyarakat.

Perkembangan AI ini terlihat di berbagai sektor, mulai dari industri sampai pemerintahan. Di struktur masyarakat sendiri, melesatnya AI sangat terlihat dari banyaknya pengguna Chat GPT.

"Chat GPT seperti itu manfaatnya besar. Apalagi kehadiran Internet of Thing(IoT), interaksinya sudah bukan human to human tapi bisa machine to machine dan tidak ada batasnya," ungkapnya.

Ia juga menjelaskan bahwa saat ini ada tiga hal yang saling berinteraksi dalam perkembangan AI, yaitu perusahaan telekomunikasi (telco), perusahaan teknologi (tech-co) dan pemerintah.

"Tiga ini akan berinteraksi. Pemerintah memiliki kapasitas yang bisa dipakai seperti internet di timur yang bisa dishare ke tech-co maupun telco. Saat bandwidth internet sudah bagus maka akan bicara perkembangan aplikasi diantaranya Chat GPT," tambahnya.

Dengan kecepatan perkembangan AI, sangat banyak pihak yang mengkhawatirkan persoalan ini. Beberapa alasan merujuk pada dehumanisasi akibat kemunculan AI.

"Ada suatu kekhawatiran. Kekhawatiran pertama disruption yang terjadi, mungkin pernah didengar apa namanya robot AI lebih pinter daripada orang yang, bahkan ujian dokter itu lebih lulus AI-nya daripada mahasiswanya. Nah ini adalah suatu tingkat semacam dehumanisasi terhadap manusia. Nah oleh karena itu memang banyak orang khawatir termasuk UNESCO, termasuk BBB, ini harus diatur gitu. Harus diatur supaya peran, role dari orang itu tetap bisa dikedepankan," jelas Sarwoto.



Simak Video "Siap-siap! WhatsApp Uji Coba Fitur Bikin Stiker dengan AI"
[Gambas:Video 20detik]
(fyk/fyk)
back to top