• Home
  • Berita
  • Ada Ilmuwan Indonesia di Balik Nyamuk Wolbachia yang Didanai Bill Gates

Ada Ilmuwan Indonesia di Balik Nyamuk Wolbachia yang Didanai Bill Gates

Redaksi
Nov 21, 2023
Ada Ilmuwan Indonesia di Balik Nyamuk Wolbachia yang Didanai Bill Gates
Jakarta -

Metode memberantas demam berdarah dengue (DBD) dengan menyebarkan nyamuk wolbachia ditentang sejumlah kalangan. Mereka yang tidak setuju, khawatir nyamuk wolbachia malah bisa memunculkan penyakit baru.

Selain itu, beredar opini bahwa nyamuk hasil rekayasa teknologi biologi molekuler ini berisiko menimbulkan kecelakaan laboratorium. Ada juga yang menyebut nyamuk wolbachia bisa menjadi senjata pemusnah massal dengan mengaitkannya dengan sosok miliuner asal AS Bill Gates. Untuk diketahui, Bill Gates melalui Bill & Melinda Gates Foundation mensponspori penelitian nyamuk wolbachia.

Tapi mungkin tak banyak yang tahu, ada ilmuwan Indonesia di balik penelitian nyamuk wolbachia. Dia adalah Prof. dr. Adi Utarini, pengajar dan peneliti Universitas Gadjah Mada (UGM).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Nama Adi Utarini berkibar mengharumkan Indonesia berkat penelitiannya tentang nyamuk. Ia dinobatkan sebagai salah satu dari 100 orang paling berpengaruh di dunia versi TIME di tahun 2021.

Dikagumi Melinda Gates

Tak cuma Indonesia yang bangga memiliki seorang Adi Utarini. Pebisnis sekaligus filantropis Melinda Gates pun mengagumi sosoknya. Bahkan kekaguman Melinda disampaikannya secara khusus lewat sebuah postingan di akun Instagram pribadinya @melindafrenchgates. Dalam postingan tersebut, Melinda membanggakan Adi Utarini.

[Gambas:Instagram]

"Saya bangga menulis tentang karya Dr. Utarini untuk #Time100 tahun ini. Saya harap Anda mengenalnya sebagai inspirasi seperti yang saya lakukan," puji Melinda.

Penelitian tentang nyamuk

Dalam wawancara dengan detikNews, Adi Utarini menjelaskan penelitiannya tentang nyamuk. Mereka melakukan inokulasi nyamuk dengan Wolbachia. Bakteri ini tidak berbahaya bagi manusia, tapi mampu membuat nyamuk tidak menularkan demam berdarah dari gigitannya.

Teknologi Wolbachia ini telah melalui uji efikasi dan selesai pada Agustus 2020. Bersama timnya, Adi Utarini kemudian mengimplementasikan teknologi ini di Kabupaten Sleman melalui program Si Wolly Nyaman.

"Setelah hasil uji efikasi Wolbachia selesai di Agustus 2020, saat ini kami fokus dalam implementasi teknologi Wolbachia di Kabupaten Sleman melalui program Si Wolly Nyaman, Wolbachia-Nyamuk Aman Cegah DBD di Sleman. Dalam program ini kami bekerja sama dengan Pemkab Sleman melalui Dinas Kesehatan Sleman," jelasnya.

Studi ini menjadi terobosan bagi organisasi yang ia bantu. Adi Utarini menjadi yang pertama membuktikan teknik ini berhasil menurunkan tingkat penyakit di lingkungan masyarakat. Bersama tim WMP Yogyakarta, Adi Utarini berhasil menurunkan kasus demam berdarah di Kota Yogyakarta sebesar 77%.

Sebelumnya, Adi Utarini juga sempat didapuk Komunitas jurnal penelitian Nature Research sebagai 10 orang yang dianggap paling berpengaruh dalam pengembangan ilmu pengetahuan di tahun 2020.

Jawab tudingan wolbachia berbahaya

Penolakan oleh sejumlah masyarakat juga salah satunya didasari oleh opini bahwa wolbachia adalah hasil rekayasa genetika sehingga berbahaya. Menanggapi tudingan tersebut, Adi Utarini meluruskannya.

"Bakteri wolbachia maupun nyamuk sebagai inangnya bukanlah organisme hasil dari modifikasi genetik yang dilakukan di laboratorium. Secara materi genetik baik dari nyamuk maupun bakteri wolbachia yang digunakan, identik dengan organisme yang ditemukan di alam," tegasnya seperti dikutip dari lama resmi Kemenkes, Senin (20/11/2023).

Ia menambahkan, bakteri wolbachia hanya dapat hidup di dalam tubuh serangga, termasuk nyamuk. Bakteri wolbachia pun tidak bisa bertahan lama di luar sel tubuh serangga, serta tidak bisa mereplikasi diri tanpa bantuan serangga inangnya. Wolbachia juga telah ditemukan secara alami dalam tubuh nyamuk Aedes albopictus.



Simak Video "Cara Kerja Nyamuk Wolbachia untuk Menekan Kasus DBD"
[Gambas:Video 20detik]
(rns/rns)
back to top